Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dinda sering sekali bermimpi dalam tidurnya, jarang tidurnya terisi hitam kosong. Terisi, tapi kosong, jarang. Tidurnya seringkali dihiasi mimpi-mimpi, dari yang buruk, yang aneh, yang indah, sampai yang tak ia ingat mimpi apa yang barusan ia mimpikan. Dinda sering kesal jika paginya ia senyum-senyum sendiri karena mimpi yang begitu indah, tapi ternyata ia tidak ingat sama sekali apa yang ia mimpikan.
Tak jarang mimpi yang buruk membuat ia sesak nafas saat terbangun, tak jarang pula ia berteriak, menjerit lebih tepatnya, saat terbangun. Salah satu mimpi yang Dinda anggap buruk adalah saat ia bermimpi jeritan kosong, hitam kosong yang hanya memuat jeritan-jeritan, sampai ia terbangun dengan memekik.
Saat Dinda umur 8 tahun ia mengalami, apa yang ia sebut sebagai ‘mimpi buruk horor berseri berkepanjangan’, saat itu tiap malam selama berminggu-minggu ia bermimpi tentang berbagai jenis hantu. Dinda menganggap itu semua gara-gara ia tergelincir dan menginjak kuburan saat ia mengunjungi makam saudaranya. Dinda kecil berhenti mimpi horor setelah ia cerita ke neneknya, dan neneknya menyuruhnya agar berdoa sebelum tidur.
Dinda umur 9 tahun mulai tinggal dengan kedua orang tuanya, saat itu ia mulai memberi cerita pada mimpi-mimpinya. Sebelum tidur ia membayangkan, memimpikan ia di negeri dongeng karena ia ingin sekali seperti Alice in Wonderland, agar selanjutnya Dinda tidak sadar tapi tetap di negeri dongeng. Mimpi.
Ia pernah menantang hantu untuk datang pada mimpinya. Dinda akhirnya kedatangan sosok ‘hantu’ berupa bayangan hitam bertopi koboi dalam mimpinya saat ia 10 tahun.
Dinda SMP bahkan ingin terus tidur dan tidak bangun-bangun lagi, terus bermimpi indah, menjelajah, terbang, bertualang.
Terbang, yah, terbang! Terbang adalah salah satu mimpi favorit Dinda. Saat mimpi bisa terbang, ia merasa ringan dan benar-benar merasakan dirinya berenang di udara, seringan kapas.
Mimpi yang ia anggap aneh, salah satunya (yang ia ingat, karena sering) adalah mimpi jatuhnya kosong. Hitam kosong yang membuat ia merasa tersandung sampai terjatuh, lalu ‘bluk’ ia menggerakkan kakinya tanpa sadar (seakan terjatuh), lalu terbangun.
Dinda kadang bermimpi pertanda. Ia tidak jarang bermimpi ketemu temannya yang sudah berpisah dengannya sekian lama, ternyata esok harinya ia bertemu dengan temannya itu dalam kehidupan nyata.
Dinda mulai sadar bahwa saat ia tidur dan bermimpi, rohnya terbang keluar dari tubuhnya dan jalan-jalan, waktu ia kuliah. Walau sudah sering mengalami de ja vu, mimpi tentang kejadian yang akan ia alami, tapi ia tak sadar bahwa ternyata rohnyalah yang jalan-jalan ke masa depan saat ia tidur.
Dinda sering mimpi menjadi orang lain, menjadi seorang gadis bule 9 tahun, menjadi seorang pria bule (entah gila, entah protes) yang telanjang bulat di tengah-tengah kota (seperti di New York), berjalan di antara orang-orang yang mengacuhkannya. Dan menjadi seorang gadis bule belasan tahun yang bercinta dengan teman prianya di locker room sebuah highschool.
‘Jangan menggambari wajah orang yang sedang tidur, nanti rohnya nggak balik…’ Kalimat ini yang membuatnya sadar pertama kali. Wajah orang yang digambari saat tidur tak akan dikenali oleh rohnya dan akhirnya rohnya tidak akan kembali ke badannya, terus mengembara. Memang Dinda belum pernah melihat bukti nyata, tapi ia percaya saja.
Tentang menjadi orang lain, Dinda beranggapan, saat tidur rohnya jalan-jalan dan masuk ke dalam badan orang lain yang berada sangat jauh dari badan Dinda, baik tempat maupun waktu. Dinda pernah membahas anggapannya ini dengan teman kuliahnya dan temannya itu malah mengangguk-angguk setuju dan lantas bercerita tentang rekannya yang bermimpi jadi cicak. ‘Temanku waktu itu tidur di kamar, sedang abangnya sedang nonton TV di ruang tamu di luar kamar , ditemani secangkir (putih) kopi yang di atasnya terdapat sendok yang ditaruh melintang. Seekor cicak tiba-tiba jatuh dari atap dan mendarat di sendok. Namun, abangnya tidak sadar. Saat abangnya melihat cicak di atas kopinya ia tepis cicak itu, cicak jatuh. Pada saat yang sama adiknya (rekanku) jatuh dari tempat tidur. Akhirnya ia cerita bahwa ia bermimpi menyeberangi danau hitam menggunakan jembatan yang keperakan dan di sebelah kanan-kirinya berwarna putih. Lalu benda besar menghantamnya dan terjatuh.’ Dinda makin yakin anggapan rohnya jalan-jalan itu benar.
Kini, ia bermimpi melayang-layang bebas meninggalkan tubuhnya di bawah sana, yang tak mampu ia masuki setelah berkali-kali mencoba, ia tunda kembalinya ke tubuhnya sendiri. Wajahnya tampak berbeda, ia ingat ia telah menggambari mukanya sendiri sebelum tidur. Segurat kumis dan jenggot palsu tampak lucu di wajah tidurnya. Dinda lalu melayang keluar jendela.
Dinda tersenyum, ini akan menjadi salah satu mimpi favoritnya.
19 Juli 2003
8.49 mlm