Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Sedihnya Bahagia
1
Suka
2,767
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

‘Terbebani gak sih, dengan hidup?’ A bertanya kepada B.

‘Aku gak ngerti.’ B menjawab.

‘Maksudku, hidup menaruh beban yang berat di pundakku. Kamu?’

‘Hidup pernah berbuat begitu tapi terkadang beratnya berkurang.’

‘Ya, berkurang, tapi tak pernah benar-benar hilang.’

‘Pernah hilang tapi selalu diganti yang baru.’

‘Ya, itu maksudku, tak pernah benar-benar hilang.’

B dan A terdiam sebentar, lalu B,

‘Aku takut sedih sebesar aku takut bahagia.’

‘Sepakat, aku juga sepertimu. Kesedihan datang, aku takut, lalu diganti kebahagiaan aku takut, lalu kembali sedih lalu bahagia lalu sedih lalu bahagia, sedih, bahagia, sedih, bahagia, terus saja seperti itu, berputar-putar, putar-putar, putar, putar…’

‘Ya, kesedihan bagiku sama dengan kebahagiaan.’

‘Itu solusimu?’

‘Iya. Aku menganggap sama perasaan itu, sedih sama dengan bahagia, jadi tak pernah benar-benar bahagia.’

‘Tak pernah benar-benar sedih?’

‘Gak juga…’

‘Jadi kamu benar-benar sedih, tapi tak pernah benar-benar bahagia?’

‘Yahh… kan sudah kubilang, sedih sama dengan bahagia.’

‘Kalau dipikir-pikir kita sama.’

B dan A kembali terdiam, lalu B,

‘Saat bahagia datang aku sedih, karena sedih akan datang berikutnya, saat sedih datang aku sedih, karena bahagia akan datang diikuti sedihnya. Kita kurasa sama.’

‘Ternyata kita memang sama. Aku pun begitu.’

A merangkul B, lalu A,

‘Sekarang apa yang kaurasa?’

‘Takut.’

‘Kenapa?’

‘Karena aku sekarang bahagia.’

‘Kita memang sama.’

‘Aku ingin lari saja, lari dari bahagia dan sedihnya.’

‘Aku pun ingin pergi. Pergi melupakan bahagia dan sedihnya.’

‘Kita kurasa sama.’

‘Aku pun merasa begitu.’

‘Mungkin kita bisa pergi?’

‘Ya, tapi sebentar lagi saja, aku ingin diam saja di sini, sebentar saja, diam merangkulmu yang merangkulku yang tak benar-benar bahagia agar sedih yang akan datang berkurang.’

‘Kita memang sama. Aku yang tak benar-benar bahagia merangkulmu agar sedih yang akan datang juga berkurang, juga ingin diam sebentar lagi saja sebelum pergi.’

A menatap B, semakin merangkulnya, lalu A,

‘Sadarkah kau di sini hanya ada kita dan langit penuh bintang?’

‘Tentu. Sadarkah kau kita harus berciuman?’

A dan B berciuman, lalu berbaring di atas rumput, A dan B saling menggenggam tangan, memandang bintang sejuta yang iri, lalu A,

‘Aku tak benar-benar bahagia.’

‘Aku pun tak benar-benar bahagia.’

A dan B kembali berciuman, lama, sebelum kembali menatap bintang, lalu tangan mereka menyatu, erat, lalu mereka diam, hening, hanya memandangi bintang sejuta yang iri.

Untuk : kamu, yang pasti tahu siapa dirimu.

Bandung, 27 Agustus 2003

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Sedihnya Bahagia
Aneidda
Cerpen
Bronze
Kereta Sebentar Lagi Berangkat
Silvarani
Novel
Bronze
LIFE OF NADIA (extended version)
mr. putri
Novel
Gold
The Portrait of a Lady
Mizan Publishing
Novel
Musim Dingin di Izmir
Diana Dia
Novel
Gold
Lavina
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Fake Girlfriend
Anquin Dienna
Novel
Gold
Tidak Pernah Ada Kita
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Escape Plan
Bentang Pustaka
Flash
Tebing
Wildan Ravi
Flash
Bronze
Kepergianmu...
Awang Nurhakim
Novel
Bronze
Kita Kehilangan Cara Untuk Melupa
Ningrati Sumarto
Novel
Gold
Gerimis di Arc de Triomphe
Bentang Pustaka
Flash
Memesan yang Tidak Ada di Menu
Galih Citra
Novel
Bronze
Love Hurts
Ninna Rosmina
Rekomendasi
Flash
Sedihnya Bahagia
Aneidda
Flash
Retori Ironi Cinta
Aneidda
Cerpen
Bronze
Cinta Pertama dan Terakhir
Aneidda
Flash
Dinda Mimpi
Aneidda
Cerpen
Bronze
Saya Adalah
Aneidda
Flash
Asap Rokok, Kopi dan Pisang Goreng
Aneidda
Cerpen
Jatuh
Aneidda
Flash
Coklat yang Meleleh
Aneidda
Flash
Cafe
Aneidda
Novel
Bronze
Sepasang Mata Bola (Bukan Lagu Walo Banyak Nyanyinya)
Aneidda
Flash
Kerinduan
Aneidda
Cerpen
Titik dan Koma
Aneidda
Flash
Ledakan
Aneidda
Cerpen
Bronze
Malam-Malam Wadam
Aneidda
Flash
Aku Menulis Tentang Kau
Aneidda