Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sepenggal Rasa Yang Tertinggal
2
Suka
3,203
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Tiga tahun berlalu sejak kelulusan, teman-teman kuliah sudah sudah sibuk mengajak reuni di rumah Rudi, salah satu teman yang baru naik jabatan. Hitung-hitung syukuran, katanya di grup WhatsApp.

Aku tersenyum masam membaca pesan tersebut, membayangkan orang-orang saling membanggakan diri. Reuni hanyalah ajang pamer harta dan pencapaian, sedangkan aku tak punya keduanya. 

Rumah masih menumpang orang tua, cicilan motor kurang sebelas bulan dan aku terlalu sibuk bekerja dengan gaji yang tak seberapa.

Aku tidak ingin pergi, tapi ketika membaca pesan kau akan datang , aku tahu, meski sebentar aku ingin bertemu lagi.

---

Sampai hari reuni tiba, kau datang mengenakan atasan biru muda, warna kesukaanku, dan celana bahan. Wajahmu tidak pernah berubah, selalu memesona setiap waktu. Perlahan kau menghampiriku dan tersenyum lembut.

"Hai, Fir. Apa kabar?" sapamu.

"B-baik, gimana kabarmu?" Ada rasa canggung setelah lama tidak bertemu.

"Baik ...." Sepersekian detik kita membeku, terjebak dengan pikiran yang tak menentu.

"E ..., kenalin ini Andin."

Dari belakangmu muncul sosok mungil berparas manis mengenakan gaun biru muda serasi denganmu.

"Andin."

Wanita itu tersenyum dan mengulurkan tangan.

"Fira," balasku singkat.

"Dia tunanganku, kami akan menikah akhir tahun ini."

Andin memeluk erat lenganmu, memperlihatkan cincin emas yang melingkar di jari manisnya.

"Kamu harus datang ya," katamu lagi.

Aku mengangguk lemah meski hati terluka.

---

Menjelang akhir tahun, sebuah panggilan masuk dari salah satu teman. Dia bilang kau meninggal karena kecelakaan tunggal.

Bohong! Itu tidak benar, kan?

Kau bilang akhir tahun ini akan menikah, mengapa malah pergi dengan tiba-tiba?

Apakah Tuhan sedang bercanda?

Lebih baik aku yang terluka melihatmu bahagia bersamanya daripada menyaksikan tubuhmu kaku tak bernyawa.

Lebih baik melihatmu naik pelaminan daripada dibungkus kain kafan.

Seandainya waktu dapat kuputar kembali, jauh sebelum kau bersama Andin. Saat pertama kita bertemu di taman kampus, saat kau menawarkan payung di hari hujan dan saat-saat menyenangkan yang kita lalui bersama. Seandainya waktu itu kembali, aku ingin mengatakan bahwa aku selalu mencintaimu.

Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Penyesalan 😔😔
Rekomendasi dari Drama
Novel
Surat Tanpa Tanda Titik
Ati Raah
Flash
Sepenggal Rasa Yang Tertinggal
Areta Swara
Novel
Mauliate Gendis
Fitri Handayani Siregar
Skrip Film
Karsa
Ananda Galih Katresna
Novel
Bronze
Stories of 4 An
nilnaulia
Cerpen
Bronze
Pandanglah Langit Di Atas Sana, Maru!
Egi David Perdana
Flash
Perang Terbuka
Berkat Studio
Flash
Apa Makna Hujan Bagimu?
Andriyana
Novel
Bronze
Meet you at 0,001% Chance
Antrasena
Novel
Bronze
Orang Orang Tangguh (Antologi Cerpen Pilihan Ketiga)
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Cinta Yang Hilang
Dewi Muliyawan
Novel
Yu Limbuk 1956
Ariyanto
Novel
Gold
Talijiwo
Bentang Pustaka
Novel
Enigmatic Soul
Nanas-imnida
Novel
Bronze
Si Anak Yatim
Azmi1410
Rekomendasi
Flash
Sepenggal Rasa Yang Tertinggal
Areta Swara
Cerpen
SENJA SEMERAH DARAH
Areta Swara
Flash
Sepenggal Doa di Ujung Malam
Areta Swara
Flash
BAPAK
Areta Swara
Cerpen
Takdir Cinta
Areta Swara
Flash
PULANG
Areta Swara
Flash
Manusia Kera
Areta Swara