Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Senyuman hari ini tidak sepenuhnya merekah. Ia enggan membuka hatinya walaupun hanya secelah saja. Begitu berat. Apakah lukanya begitu besar? Apakah kecewanya teramat dalam? Apakah ia enggan mencoba memaafkan? Terasa sulitkah? Amat sangat jawabnya.
Mungkin saja hari-hari kemarin telah dilalui dengan begitu berat hingga tidak ada lagi menyisakan secercah kecerahan untuk hari berikutnya. Ia mungkin terjebak disana, karena berfikir harinya sudah habis kemarin.
Mungkin ketika luka terus tergores yang seharusnya akan sembuh malah semakin melebar, maka wajar jika terlalu berhati-hati untuk suatu hal. Kita wajib memahami namun yang dipahami pula harus memahami.
Manusia tempat salah bukan? Tidak ada umat manusia yang terlepas dari kesalahan dan dosa, baik itu ia telah memohon sebanyak ampun. Seharusnya membuka hati agar tak merasa sesal itu yang di lakukan saat ini, kan?
Coba tanya hati lagi. Apakah seseorang tidak akan menemukan titik kembalinya lagi. Mungkin bukan saat ini, tapi nanti ada waktunya bukan saat ini.
Terima yang mungkin menyakitkan bukankan sama halnya percaya bahwa yang sakit saat ini akan diganti yang lebih baik ke depannya oleh Sang Maha Kuasa. Iya bukan.
Kita sama-sama berjalan untuk menuju pada satu tujuan. Akhirat, tapi jika untuk terus memendam benci serta sulit memaafkan akankah kita cukup membawa bekal? Sebetulnya sebanyak apapun kebaikan juga tak akan cukup tapi ketika kita percaya telah melaksanakan sesuai kewajiban dan syariatnya maka ketika kembali pulang tidak ada beban yang terpikul teramat berat.
Untuk itu saat hati terasa sempit untuk memaafkan luka yang terus tergores, hati yang terus merasa dikecewakan tetaplah mencoba. Walaupun susah, tapi tetaplah mencoba.
Jika hal berat dapat kamu lakukan tak sulit juga mendapatkan jalan bersih dan cepat untuk sampai tujuan dengan baik.