Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Putra
8
Suka
3,338
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Saya menamainya "Putra". Kerdip kilau matanya baru bisa terbuka di usianya yang ketiga, ketika ia menghirup udara dunia. Kulit bersihnya seperti pualam yang digosok saban malam, bersanding dengan rambut ikal berkelok tipis laksana kapas.

Ini saya dengan perut membuncit, tengah menunggu persalinan sang buah hati di kurun yang sama. Jangan tanya kenapa saya ada di sini.

Mila si ibu, bertubuh tinggi semampai, kulit putih bersih, dengan rambut panjang bergelombang seperti ombak Pantai Penganak. Begitu kentara bercahaya, dibanding penghuni panti yang lain. Yang sama hanya nasibnya di antara sekian puluh perempuan di panti ini.

Ia turun dari taksi diantar sopir, yang tak sanggup ia bayar meski serupiah.

Sopir bilang, perempuan ini tak sanggup bayar biaya melahirkan di sebuah klinik bersalin. Maka dihantarkannya kemari, dengan selembar surat di tangan, yang menyatakan dirinya satu dari sekian penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Jakarta. Di sinilah ia kini, di gedung panti sosial berlantai dua milik Pemprov DKI Jakarta.

Mila berusia dua puluh satu tahun saat itu. Nasib membawanya dari Bangka ke Jakarta, dalam kondisi berbadan dua. Putra lahir, tanpa mengenal ayah. Begitupun si ibu, yang tak pernah memiliki buku nikah dari lelaki yang dipujanya. Ia mencari ayah anaknya yang katanya politisi partai besar tanah air, yang sempat mengantarkannya hingga masuk klinik bersalin mentereng di Menteng, namun tak kelihatan lagi batang hidungnya.

Hingga kemudian Putra dan ibunya menghuni panti sosial, sampai usia si bayi genap dua bulan. Sudah cukup waktunya untuk diputuskan, apakah bayi itu akan sanggup dipelihara ibunya atau dititip di panti saja.

Di panti sosial tempat kami memasak di dapur yang sama, masih banyak Putra-Putra yang lain. Menunggu hingga usia dua bulan, menunggu disapih dari peluk dan hangatnya air susu ibu. Hingga

nasib memutuskan, akan dipelihara ibu dan keluarganya atau tinggal di panti bersama teman-temannya yang lainnya. Menunggu nasib waktu.

Putra si bayi berkulit pualam, usianya mungkin sudah delapan belas tahun saat ini, ketika waktu terus berjalan dan saya sudah tak lagi ada di sana. Entah apakah ia sudah berada di tangan ibunya lagi, atau terpaksa dititip di panti asuhan, hingga nasib membawanya entah kemana.

Hingga detik saya menulis kisah ini, saya tak pernah bertemu Mila lagi. Apalagi bertemu seorang anak lelaki tampan, yang saya beri nama "Putra". Semoga nasib baik berpihak padanya, juga pada mereka semua penghuni di sana.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Amin. 🙏
aamiin Mbak @semangat123 ❤️
Amiin 🤲
Rekomendasi dari Drama
Novel
Sembilan belas sembilan-sembilan
Suyanti
Flash
Putra
Foggy F F
Novel
Sepi dan Emosi
Senna Simbolon
Novel
Bronze
Di Malam yang Sangat Dingin
Putri Zulikha
Novel
Gold
Reporter Cilik
Mizan Publishing
Skrip Film
Line 00
MiiraR
Novel
Gold
PBC Aviredie
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Stories of 4 An
nilnaulia
Novel
Bronze
Karir & Cinta
Lusi permata sari
Komik
Vanilla Latte
said ent
Cerpen
Bronze
Balas Dendam Seorang Pengarang Yunior
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Rahasia Besar Ambuk
Sofa Nurul
Novel
Bronze
COMFORT IN SILENCE
Rina Setianingrum
Novel
Bronze
Surat Talak
Pramudya Utari
Novel
Jalan Untuk Pulang
Mitha Juniar
Rekomendasi
Flash
Putra
Foggy F F
Flash
Bronze
Merindu di Safarwadi
Foggy F F
Flash
Bronze
Aku, Dirimu, dan Palung Mariana
Foggy F F
Cerpen
Bronze
The Legacy
Foggy F F
Novel
Bronze
Kue Lumpur Kayu Manis dan Rancang Bangun
Foggy F F
Cerpen
Milo dan Silo
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Hati
Foggy F F
Novel
Bronze
Sulur Waktu
Foggy F F
Cerpen
Save the Last Dance
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Ohrwurm
Foggy F F
Cerpen
Bronze
CINTA SAJA SEHARUSNYA CUKUP
Foggy F F
Cerpen
Jingga dan Pelangi di Manik Matanya
Foggy F F
Flash
Bronze
Laju Lari
Foggy F F
Cerpen
Pesawat Kertas
Foggy F F