Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Putra
13
Suka
12,416
Dibaca

Saya menamainya "Putra". Kerdip kilau matanya baru bisa terbuka di usianya yang ketiga, ketika ia menghirup udara dunia. Kulit bersihnya seperti pualam yang digosok saban malam, bersanding dengan rambut ikal berkelok tipis laksana kapas.

Ini saya dengan perut membuncit, tengah menunggu persalinan sang buah hati di kurun yang sama. Jangan tanya kenapa saya ada di sini.

Mila si ibu, bertubuh tinggi semampai, kulit putih bersih, dengan rambut panjang bergelombang seperti ombak Pantai Penganak. Begitu kentara bercahaya, dibanding penghuni panti yang lain. Yang sama hanya nasibnya di antara sekian puluh perempuan di panti ini.

Ia turun dari taksi diantar sopir, yang tak sanggup ia bayar meski serupiah.

Sopir bilang, perempuan ini tak sanggup bayar biaya melahirkan di sebuah klinik bersalin. Maka dihantarkannya kemari, dengan selembar surat di tangan, yang menyatakan dirinya satu dari sekian penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Jakarta. Di sinilah ia kini, di gedung panti sosial berlantai dua milik Pemprov DKI Jakarta.

Mila berusia dua puluh satu tahun saat itu. Nasib membawanya dari Bangka ke Jakarta, dalam kondisi berbadan dua. Putra lahir, tanpa mengenal ayah. Begitupun si ibu, yang tak pernah memiliki buku nikah dari lelaki yang dipujanya. Ia mencari ayah anaknya yang katanya politisi partai besar tanah air, yang sempat mengantarkannya hingga masuk klinik bersalin mentereng di Menteng, namun tak kelihatan lagi batang hidungnya.

Hingga kemudian Putra dan ibunya menghuni panti sosial, sampai usia si bayi genap dua bulan. Sudah cukup waktunya untuk diputuskan, apakah bayi itu akan sanggup dipelihara ibunya atau dititip di panti saja.

Di panti sosial tempat kami memasak di dapur yang sama, masih banyak Putra-Putra yang lain. Menunggu hingga usia dua bulan, menunggu disapih dari peluk dan hangatnya air susu ibu. Hingga

nasib memutuskan, akan dipelihara ibu dan keluarganya atau tinggal di panti bersama teman-temannya yang lainnya. Menunggu nasib waktu.

Putra si bayi berkulit pualam, usianya mungkin sudah delapan belas tahun saat ini, ketika waktu terus berjalan dan saya sudah tak lagi ada di sana. Entah apakah ia sudah berada di tangan ibunya lagi, atau terpaksa dititip di panti asuhan, hingga nasib membawanya entah kemana.

Hingga detik saya menulis kisah ini, saya tak pernah bertemu Mila lagi. Apalagi bertemu seorang anak lelaki tampan, yang saya beri nama "Putra". Semoga nasib baik berpihak padanya, juga pada mereka semua penghuni di sana.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)
Rekomendasi dari Drama
Novel
7 Days a Week
merry ashida
Skrip Film
YOUR GUARDIAN
Reiga Sanskara
Flash
Putra
Foggy FF
Cerpen
Maaf, Aku Bukan Pelacur
Doddy Rakhmat
Novel
Mendahului Sebelum Karma
Elsa Setyawati Sumule
Novel
Bronze
Makhluk Ruhis
Indah Puspitasari Suwandi
Novel
Bronze
Antara Rasa
Keefe R.D
Novel
Bronze
Kekasih Halu Jadi Nyata
sapriani
Novel
Fool's Gold
Syafa Amelia
Novel
DAYRENT
Putri Amelia Solehah
Flash
Bronze
Dementia Trip
Silvarani
Cerpen
Mencari Cinta Di Kelab Malam
Hans Wysiwyg
Novel
Sementara Saja
Edgina
Novel
Bronze
Bertandang ke Ujung Siang
Johanes Gurning
Skrip Film
Manzilah Cinta (Sebuah Skenario Film)
Imajinasiku
Rekomendasi
Flash
Putra
Foggy FF
Cerpen
The Legacy
Foggy FF
Flash
Laju Lari
Foggy FF
Cerpen
Namaku Luka
Foggy FF
Cerpen
Bronze
CINTA SAJA SEHARUSNYA CUKUP
Foggy FF
Flash
Seuncang Beras
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Pesawat Kertas
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Milo dan Silo
Foggy FF
Flash
Pangestri, Sebuah Anak Panah Dari Raga Yang Menari
Foggy FF
Cerpen
Jingga dan Pelangi di Manik Matanya
Foggy FF
Cerpen
Laskar Pengarsip
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Ohrwurm
Foggy FF
Cerpen
Warteg Cinta
Foggy FF
Novel
Bronze
Sulur Waktu
Foggy FF