Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Putra
13
Suka
10,256
Dibaca

Saya menamainya "Putra". Kerdip kilau matanya baru bisa terbuka di usianya yang ketiga, ketika ia menghirup udara dunia. Kulit bersihnya seperti pualam yang digosok saban malam, bersanding dengan rambut ikal berkelok tipis laksana kapas.

Ini saya dengan perut membuncit, tengah menunggu persalinan sang buah hati di kurun yang sama. Jangan tanya kenapa saya ada di sini.

Mila si ibu, bertubuh tinggi semampai, kulit putih bersih, dengan rambut panjang bergelombang seperti ombak Pantai Penganak. Begitu kentara bercahaya, dibanding penghuni panti yang lain. Yang sama hanya nasibnya di antara sekian puluh perempuan di panti ini.

Ia turun dari taksi diantar sopir, yang tak sanggup ia bayar meski serupiah.

Sopir bilang, perempuan ini tak sanggup bayar biaya melahirkan di sebuah klinik bersalin. Maka dihantarkannya kemari, dengan selembar surat di tangan, yang menyatakan dirinya satu dari sekian penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Jakarta. Di sinilah ia kini, di gedung panti sosial berlantai dua milik Pemprov DKI Jakarta.

Mila berusia dua puluh satu tahun saat itu. Nasib membawanya dari Bangka ke Jakarta, dalam kondisi berbadan dua. Putra lahir, tanpa mengenal ayah. Begitupun si ibu, yang tak pernah memiliki buku nikah dari lelaki yang dipujanya. Ia mencari ayah anaknya yang katanya politisi partai besar tanah air, yang sempat mengantarkannya hingga masuk klinik bersalin mentereng di Menteng, namun tak kelihatan lagi batang hidungnya.

Hingga kemudian Putra dan ibunya menghuni panti sosial, sampai usia si bayi genap dua bulan. Sudah cukup waktunya untuk diputuskan, apakah bayi itu akan sanggup dipelihara ibunya atau dititip di panti saja.

Di panti sosial tempat kami memasak di dapur yang sama, masih banyak Putra-Putra yang lain. Menunggu hingga usia dua bulan, menunggu disapih dari peluk dan hangatnya air susu ibu. Hingga

nasib memutuskan, akan dipelihara ibu dan keluarganya atau tinggal di panti bersama teman-temannya yang lainnya. Menunggu nasib waktu.

Putra si bayi berkulit pualam, usianya mungkin sudah delapan belas tahun saat ini, ketika waktu terus berjalan dan saya sudah tak lagi ada di sana. Entah apakah ia sudah berada di tangan ibunya lagi, atau terpaksa dititip di panti asuhan, hingga nasib membawanya entah kemana.

Hingga detik saya menulis kisah ini, saya tak pernah bertemu Mila lagi. Apalagi bertemu seorang anak lelaki tampan, yang saya beri nama "Putra". Semoga nasib baik berpihak padanya, juga pada mereka semua penghuni di sana.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Jari Yang Diperbudak Hati dan Fikiran
Maharani Tegar Borneo Bimashanty
Novel
SAYANG TANPA JEDA
Vhira andriyani
Skrip Film
Surat Cinta yang Terbaca
Imajinasiku
Skrip Film
Dansa Terakhir
Jhon Merari Hutapea
Flash
Putra
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Jangan Jadi Orang Baik
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Sherina's Life Journey
Intan Kartika Dewi
Skrip Film
Dila dan Nostalgia
adrian hendrawijaya
Skrip Film
RETAK RETAK SOLU
Sri kartini Handayani
Cerpen
Bronze
Kami Membuat Ibu Tobat
Jie Jian
Cerpen
Kabur!
Ariny Nurul haq
Cerpen
Bronze
Mengampuni Maling
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Toko Kue Buka Hari Lebaran
Nabilla Shafira
Novel
Bronze
Asa dari Desa
Sutono
Skrip Film
Bintang SMA 107
Yorandy Milan Soraga
Rekomendasi
Flash
Putra
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Milo dan Silo
Foggy FF
Cerpen
Namaku Luka
Foggy FF
Cerpen
Warteg Cinta
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Ohrwurm
Foggy FF
Cerpen
Jingga dan Pelangi di Manik Matanya
Foggy FF
Cerpen
The Legacy
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Pesawat Kertas
Foggy FF
Flash
Merindu di Safarwadi
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Save the Last Dance
Foggy FF
Flash
Mendedah Mimpi Warhol
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy FF
Flash
Rohaya dan Secangkir Sidikalang
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Babi Ngepet
Foggy FF
Cerpen
KETIKA KEMATIAN MENGEDIPKAN SEBELAH MATANYA.
Foggy FF