Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Mas Aris! Mas! Banna, Mas!” Teriak Olga
Olga terlihat panik sambil menggoyang-goyangkan tubuh Banna. Di sebuah kamar yang rapi, Banna terduduk diam dengan dada sebelah kiri berlumur darah. Sesaat kemudian, datanglah Aris dan menenangkan Olga.
Aris mencoba mengecek denyut nadi leher Banna. Mimik muka Aris berubah serius penuh konsentrasi, ketika jemarinya tak menemukan denyut nadi. Olga yang terduduk masih berharap Banna hidup. Namun Aris hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.
Aris berinisiatif mengajak Olga untuk mengecek rumah, entah kunci pintu, jendela atau lemari, siapa tahu ada orang sinting masuk ke rumah kontrakan mereka bertiga dan mungkin mereka akan jadi sasaran berikutnya.
“Semua terkunci! Gimana nih mas?” Tanya Olga
Tiba-tiba perhatian mereka teralihkan oleh dering handphone Banna. Ternyata Sari, pacar Banna menelepon via video. Dengan gugup Olga mengambil handphone Banna dan menerima video call dari Sari. Dengan terbata-bata, Olga menjelaskan kondisi Banna dan Sari pun jatuh dan panggilan terputus.
Aris yang sedari tadi memerhatikan mayat Banna, melihat goresan darah membentuk huruf “O” yang berantakan, namun masih bisa terbaca. Huruf itu berada di tangan sebelah kiri. Namun, tiba-tiba perhatian Aris teralihkan karena Olga menelpon seseorang. Olga menelepon dukun, bergegas Aris merebut handphone Olga dengan emosi
“Bodoh, kenapa telpon dukun?” Bentak Aris
“Si..si..siapa tahu bisa bantu hidupin Banna, Mas” Jawab Olga ketakutan
Aris kemudia menyuruh Olga untuk menelepon polisi. Namun ketika sudah tersambung dengan polisi, tiba-tiba pulsa Olga habis. Karena handphone Aris sedang diservis dan takut memakai handphone Banna, maka Aris mengajak Olga ke Kantor Polisi. Namun Olga langsung menolak tawaran itu, Olga takut nanti jadi tersangka. Tapi Aris menyakinkan Olga jika alibi mereka kuat maka tidak akan ada yang menjadi tersangka.
Maka mulailah mereka menceritakan kronologisnya masing-masing. Olga sedang persiapan memasak nasi goreng, setelah selesai mengupas bawang merah, ia mengetok kamar Banna karena ingat saus sambal dibawa oleh Banna ke kamar. Aris mendengarkan Olga sambil terduduk mengamati mayat Banna, terutama bercak darah aneh di tangan kanan.
Aris mengaku tidur seharian karena lembur sampai subuh dan terbangun karena teriakan Olga. Aris berbicara sambil memerhatikan tangan kanan Banna dengan teliti. Tangan Banna diangkat, dan terlihat pola bekas darah yang tidak menyentuh lantai. Terlihat seperti bekas benda, seperti sebuah pisau. Aris mengingat kembali alibi Olga ketika dia sedang memotong bawang merah. Aris tersadar dan langsung membalikkan badan ke arah Olga. Sementara Olga telah bersiap untuk menikam Aris. Namun pada saat bersamaan, tiba-tiba Banna terbatuk seperti tersedak makanan.
“Loh kok batuk? Ini mau cerita pembunuhan apa komedi sih?” Tanya Olga
“Loh? bukan aku? Jawab Aris
Terlihat dua orang sedang bercerita tentang pembunuhan. Di belakang mereka, terlihat Banna yang tersedak makanan. Aris yang sedari tadi bercerita merasa kesal karena terganggu batuknya Banna, lalu bergegas meninggalkan mereka ke kamar mandi. Olga pun kesal dan mendorong Banna hingga jatuh beserta makanannya. Banna yang punya dendam dengan Olga tidak terima diperlakukan seperti itu, lalu Banna mengambil pisau dan menusuk punggung sebelah kiri Olga.