Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Gemuruh dalam Mimpi
0
Suka
3,514
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Rintik air malam itu mendatangkan gemuruh dan cahaya yang menyambar. Dalam dingin, seorang ayah menyelimuti putri kecilnya dengan selimut yang entah kapan terakhir kali merasakan buih-buih busa.

"Tidurlah, nak. Besok kamu harus pergi sekolah" ucap sang ayah lembut.

"Aku tak bisa tidur, yah! Aku takut! Bagaimana jika petir-petir ini menyambarku ketika aku terlelap dalam mimpiku?" jawab si putri.

"Maka halaulah mereka dalam mimpimu. Ayah akan berada di sini, menghalau petir sembari menemanimu" balas sang ayah.

"Memangnya ayah sanggup melawan kilatan cahaya itu? Dengan apa ayah menghalau mereka?" tanya si putri.

"Kamu tak perlu tahu, ayahmu ini mahir melakukan apa pun" ujar ayah sambil mengelus kepala putrinya.

"Lalu bagaimana dengan guntur-guntur itu? Mereka tak berhenti berbisik di telingaku" keluh si putri.

"Ayah akan bernyanyi untukmu, dengarkanlah dan tidur dengan lelap. Abaikan saja suara lain yang mengganggu" jawab sang ayah yang dilanjutkan dengan senandung kecil nan merdu.

"Tapi, yah! Kita tak boleh bernyanyi saat malam hari! Kata Ibu guru, itu akan mengganggu orang lain yang hendak beristirahat" ujar si putri sambil memegang tangan ayahnya, mengisyaratkan agar sang ayah menghentikan lagunya.

"Benarkah? Jika ayah tak boleh bernyanyi, bagaimana putri ayah bisa menghadapi guntur-guntur itu?" tanya sang ayah.

"Hm... aku bisa menutup telingaku dengan bantal ini!" (sambil mencoba untuk menutup kedua telinganya dengan bantal lapuk yang ia miliki)

"Ayah tak perlu bersenandung lagi, suara gemuruh itu kini tak terdengar di telingaku" ujar sang putri.

"Baiklah, sekarang kau bisa tidur" balas sang ayah seraya mematikan lampu kamar yang remang-remang.

"Tapi ayah jangan pergi! Temani aku di sini... Setidaknya sampai gemuruh dan kilat ini berhenti berlalu..." rengek si putri

"Ya, ya, dengan senang hati" balas sang ayah dengan senyum di pipi, melihat sikap putrinya itu.

Putri itu pun terlelap sambil menggenggam erat tangan ayahnya. Sepanjang malam, ia bermimpi indah. Mimpi paling indah yang pernah ia alami. Seolah-olah tak ada yang mampu membuatnya merasa takut, bahkan guntur dan petir sekalipun.

Mentari bersinar dengan eloknya ketika putri itu terbangun. Namun, ia tak segera beranjak dari kasurnya. Pun ia tak pergi ke sekolah. Ia hanya ingin terlelap lagi, kembali dalam mimpi-mimpi. Sebab gemuruh dan kilat telah berhenti. Dan ayahnya, tak lagi menemani.

Dulu, ketika dunia yang gelap ini membuat ia takut untuk bermimpi, ayahnya senantiasa mendampingi. Hingga mimpi itu terlampau indah dijalani. Akan tetapi, kini dunia membuatnya takut untuk kembali. Sebab dalam terang benderangnya dunia saat ini, gadis itu turut larut dalam sepi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
BUMI Ajari Aku Kematian
Nofi Yendri Sudiar
Novel
KPR (Kapan Pindah Rumah?)
Annisa Diandari Putri
Novel
Bronze
Benang Merah
leshdewika
Novel
Gold
Dear Prudence
Bentang Pustaka
Flash
Gemuruh dalam Mimpi
Ayuningrum
Novel
Gold
KKPK Magic and Friendship
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Lelaki yang Mencumbui Luka
Nur Melati Sari
Cerpen
Queen Is A King
Maina Suryani
Novel
Gold
KKPK Lets Sing with me
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Kereta Rombeng 1998
Mahalawan
Novel
Kuncup Berlian
Ais Aisih
Novel
Letters of a Liar
Yoga Arif Rahmansyah
Novel
Lindung
ambarajati
Novel
Perempuan Merah
Alfian N. Budiarto
Flash
Andai Aku Bisa
Ralali Sinaw
Rekomendasi
Flash
Gemuruh dalam Mimpi
Ayuningrum