Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Gemuruh dalam Mimpi
0
Suka
3,424
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Rintik air malam itu mendatangkan gemuruh dan cahaya yang menyambar. Dalam dingin, seorang ayah menyelimuti putri kecilnya dengan selimut yang entah kapan terakhir kali merasakan buih-buih busa.

"Tidurlah, nak. Besok kamu harus pergi sekolah" ucap sang ayah lembut.

"Aku tak bisa tidur, yah! Aku takut! Bagaimana jika petir-petir ini menyambarku ketika aku terlelap dalam mimpiku?" jawab si putri.

"Maka halaulah mereka dalam mimpimu. Ayah akan berada di sini, menghalau petir sembari menemanimu" balas sang ayah.

"Memangnya ayah sanggup melawan kilatan cahaya itu? Dengan apa ayah menghalau mereka?" tanya si putri.

"Kamu tak perlu tahu, ayahmu ini mahir melakukan apa pun" ujar ayah sambil mengelus kepala putrinya.

"Lalu bagaimana dengan guntur-guntur itu? Mereka tak berhenti berbisik di telingaku" keluh si putri.

"Ayah akan bernyanyi untukmu, dengarkanlah dan tidur dengan lelap. Abaikan saja suara lain yang mengganggu" jawab sang ayah yang dilanjutkan dengan senandung kecil nan merdu.

"Tapi, yah! Kita tak boleh bernyanyi saat malam hari! Kata Ibu guru, itu akan mengganggu orang lain yang hendak beristirahat" ujar si putri sambil memegang tangan ayahnya, mengisyaratkan agar sang ayah menghentikan lagunya.

"Benarkah? Jika ayah tak boleh bernyanyi, bagaimana putri ayah bisa menghadapi guntur-guntur itu?" tanya sang ayah.

"Hm... aku bisa menutup telingaku dengan bantal ini!" (sambil mencoba untuk menutup kedua telinganya dengan bantal lapuk yang ia miliki)

"Ayah tak perlu bersenandung lagi, suara gemuruh itu kini tak terdengar di telingaku" ujar sang putri.

"Baiklah, sekarang kau bisa tidur" balas sang ayah seraya mematikan lampu kamar yang remang-remang.

"Tapi ayah jangan pergi! Temani aku di sini... Setidaknya sampai gemuruh dan kilat ini berhenti berlalu..." rengek si putri

"Ya, ya, dengan senang hati" balas sang ayah dengan senyum di pipi, melihat sikap putrinya itu.

Putri itu pun terlelap sambil menggenggam erat tangan ayahnya. Sepanjang malam, ia bermimpi indah. Mimpi paling indah yang pernah ia alami. Seolah-olah tak ada yang mampu membuatnya merasa takut, bahkan guntur dan petir sekalipun.

Mentari bersinar dengan eloknya ketika putri itu terbangun. Namun, ia tak segera beranjak dari kasurnya. Pun ia tak pergi ke sekolah. Ia hanya ingin terlelap lagi, kembali dalam mimpi-mimpi. Sebab gemuruh dan kilat telah berhenti. Dan ayahnya, tak lagi menemani.

Dulu, ketika dunia yang gelap ini membuat ia takut untuk bermimpi, ayahnya senantiasa mendampingi. Hingga mimpi itu terlampau indah dijalani. Akan tetapi, kini dunia membuatnya takut untuk kembali. Sebab dalam terang benderangnya dunia saat ini, gadis itu turut larut dalam sepi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Janda Corona Menggugah
Abdul Muis Syam
Flash
Gemuruh dalam Mimpi
Ayuningrum
Novel
Bronze
Mommy, izinkan aku membencimu
muti
Novel
Gold
PCPK Cupcake Festival
Noura Publishing
Novel
Bronze
PEREMPUAN NAGA
Efi supiyah
Novel
Bukan Rumah untuk Pulang
Naa Ruby
Novel
Awan Tanpa Rupa
ANCALASENJA
Novel
Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan
Jane Lestari
Novel
Bronze
Perempuan-Perempuan Sam
Risnat
Flash
Bronze
Telapak Tangan Ayah (Membicarakan Adam 16)
Silvarani
Novel
Belenggu Abikara
Vira Dzakiyah Alfansyuri
Novel
This is Home!
pinklabel
Novel
Alfameria
kumiku
Novel
Sayap yang Patah
Anggie Amelia
Flash
Selebgram Sehari
Sathya Vahini
Rekomendasi
Flash
Gemuruh dalam Mimpi
Ayuningrum