Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Beberapa waktu yang lalu, entah kapan tepatnya aku sudah lupa, Gadis berambut panjang pernah mengenalkan satu di antara sekian banyak temannya di tempat ini.
***
Waktu menunjuk pukul empat sore dan aku masih di tempat kerja. Sementara teman-teman yang lain sudah pada pulang. Kecuali dua orang cewek masih asyik di ruangan sebelah. Selama tiga puluh menit ke depan aku harus menunggu waktu pulang sendirian. Hanya smartphone dan bunyi detik jam dinding menemani sepiku di ruangan ini.
Entah kenapa aku menjadi gelisah. Perasaanku seperti sedang ditunggu oleh seseorang. Berdiri tak enak, duduk pun tak nyaman. Aku mencoba bersantai dengan bermain smartphone untuk menghilangkan rasa itu. Tiba-tiba ada keinginan kuat untuk melihat ke gudang. Aku tahan. Namun keinginan itu semakin kuat.
Hingga beberapa menit kemudian aku tiba-tiba saja berdiri dari tempat dudukku dan berjalan ke luar ruangan menuju gudang. Aku melewati area ruang produksi yang sepi dan sedikit gelap karena semua lampu sudah dimatikan. Satu-satunya tempat cahaya masuk dari pintu utama yang baru aku tutup sebagian.
Suasana begitu hening di ruang produksi hingga aku mendengar suara langkah-langkah kaki yang begitu pelan. Setelah itu, aku melihat sekelebat bayangan putih menyelinap di antara mesin-mesin produksi. Angin dingin pun berembus dari samping kiriku menuju kebelakang. Aku merasa suara langkah kaki itu mengikutiku kemudian menghilang saat aku tiba di depan pintu gudang.
Tapi aku ragu untuk masuk ke dalam ruangan yang remang-remang itu. Aku berpikir untuk menyalakan lampu senter smartphone-ku karena saklar lampu berada di dinding sebelah dalam. Tapi belum sempat aku melakukan itu, tiba-tiba ada sesuatu yang lembut mendorong tubuhku masuk ke dalam.
Aku terkejut dan berusaha menahan tubuhku. Tetapi tidak bisa. Sehingga dalam jarak beberapa langkah, tubuhku sudah berada di dalam gudang. Gelap dan degup jantungku bertambah cepat. Aku melempar pandangan ke sekeliling gudang. Dan pandangan mataku tiba-tiba saja berhenti di tembok sisi sebelah selatan.
Entah kenapa rak-rak besar dan tumpukan kain di depan tembok itu memberi suasana mencekam meski aku sudah biasa melihat itu sebelumnya. Dan aku benar-benar tidak menginginkan situasi ini. Aku berusaha memutar tubuhku untuk segera pergi dari sini, tetapi aku tidak bisa menggerakkan tubuhku.
Sesaat kemudian aku melihat selembar kain dari tumpukan itu bergerak naik dan berdiri tegak. Kain itu berubah menyerupai hantu yang paling aku takuti.
Pocong ...!!!
Aku meronta sekuat tenaga. Dan untunglah saat itu aku sudah bisa bergerak. Aku kemudian melangkah mundur sambil membuang muka karena tak sanggup melihat wajahnya yang rusak.
Kenapa pocong itu ada di sini? Kemanakah gadis berambut panjang? Aku tidak mau bertemu pocong. Aku dengan cepat melangkahkan kakiku keluar dari gudang. Tetapi aku merasakan ada sepasang tangan dingin memegang pundak dan menahan langkahku.
Kemudian aku mendengar suara lembut mendesis di telingaku, "Dia temanku ...."
"Aku tidak mau berteman dengan pocong," kataku dengan gemetar.
Dengan langkah berat aku keluar meninggalkan gudang. Aku segera bergegas pulang dan sengaja tidak menceritakan peristiwa tadi pada dua orang temanku yang masih menunggu waktu sepuluh menit lagi untuk pulang ....