Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Tolong tolong aku!” aku berteriak sekuat tenaga meminta tolong kepada sekelompok orang yang sedang menunggangi Unta. Tetapi mereka tidak mendengarnya dan melewati aku yang terkapar di gurun Sahara.
“Aaaa,” aku mencubit tanganku, memastikan jika aku masih hidup.
“Aku masih hidup tapi kenapa mereka tidak mendengar dan menolongku?” aku sambil melihat ke arah mereka yang pergi menjauh.
Aku merasa tidak percaya jika mereka tidak melihat bahkan mendengar ku. Sudah jelas aku masih hidup.
Rasa takut yang menyelimutiku, takut mati di gurun Sahara. Selain itu, rasa haus dan lapar yang tidak bisa aku pertahankan. Aku harus bisa bertahan hidup sampai nanti ada orang yang datang menyelamatkanku. Maka tidak ada pilihan lain, aku harus merangkak karena tidak sanggup lagi berjalan.
Di bawah teriknya sinar matahari, aku merangkak mencari sumber mata air dan tumbuhan yang bisa dimakan.
Setelah sekian lama merangkak akhirnya, aku melihat pohon kaktus. Namun, ketika aku akan memetik kaktus tersebut ada ular yang tertidur sambil melingkarkan tubuhnya di bawah pohon kaktus. Aku tidak punya alat apapun untuk mengusir ular. Oleh karena itu, aku mengurungkan niat untuk memetik kaktus tersebut dan mencari kaktus lain. Kulihat ada kaktus lain dan aku berusaha merangkak untuk memetik kaktus tersebut. Aku mengamati kaktus tersebut untuk memastikan tidak ada ular.
“Aman tidak ada ular,” gumamku.
Aku melepas sepatuku dan menggunakannya untuk memetik kaktus dan menyingkirkan semua durinya. Setelah itu, aku patahkan menjadi dua dan menghisapnya untuk melepaskan dahaga. Karena aku kelaparan, tanpa disadari aku mengunyah dan menelannya.
“Byuuur,” suara air membasahi bajuku.
“Dimas, bangun! Sudah siang nanti kamu terlambat ke sekolah.” Ibu membangunkan aku.
Aku membuka mataku, “Ibu?”
“Kebangetan kamu Dim, dibangunkan dari tadi kok susah amat. Harus disiram dulu baru bangun.” kata Ibuku dengan muka kesal.
“Kenapa Bu, pagi-pagi kok sudah ngomel? Lo, itu Dimas kenapa kok basah kuyup gitu, ngompol dia Bu?”
Bapak ku salah paham karena ibu menyiram celanaku bukan mukaku. Sedangkan aku masih duduk di lantai di depan TV sambil tertawa sendiri.
Dalam benakku berkata, “Jadi aku ketiduran diruang tamu dan semua itu hanya mimpi.”