Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Siluet seseorang yang sangat aku kenali baru saja berlalu dari sudut mataku. Jauh. Jarak kita cukup jauh. Hanya saja gugup ini tetap datang seakan rasa yang membuncah dalam diri dapat terlihat kasat mata. Di sisi lain, mataku malu-malu meliriknya yang memunggungiku. Punggung yang seakan dapat melindungimu. Senyuman yang juga terasa hangat menyapa setiap orang disekitarnya.
Tak terasa garis bibirku pun seperti terkena sihir, tertular menukik naik. Hembusan nafas aku keluarkan, beriringan dengan perubahan senyum kecil menahan tawa. Lagi-lagi, perasaan miris ini muncul. Tapi tidak salah juga, memang kenyataannya dunia kami berbeda. Rasanya terlalu berlebihan apabila membayangkan kami bisa menjadi dekat.
Fokusku akan pelajaran dihadapanku sudah menghilang entah kemana. Mataku pura-pura menatap buku di atas meja, walau isi kepala sudah melayang di udara. Bising suara anak-anak dari kelas lain yang sudah keluar kelas pun juga tidak membantu. Tinggal menunggu saja dalam hitungan beberapa menit ke depan maka kelasku pun akan selesai, seperti...
Satu
Dua
Tiga
“Baik semuanya, silakan keluar dan jangan lupa pekerjaan rumah yang Bapak berikan!”
Seperti itulah, semuanya sekarang berhamburan keluar. Baru saja aku merapihkan beberapa buku, namaku terpanggil.
“Caaaaaaa, ini ada yang nyariin!”
Seru salah satu teman sekelas yang membuatku menengadah ke depan pintu. Jantungku seketika berhenti berdetak. Mataku lupa berkedip bahkan bernapas pun aku lupa caranya. Sosok di seberang pintu itu melenggang masuk dan menghampiriku.
“Hai, Caca ya? Kenalin, Andre. Bu Riska bilang untuk olimpiade nanti kita akan satu kelompok, jadi mohon kerjasamanya ya.”
Sekarang apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu? Berteriak atau tertawa oleh semesta yang mengajakku bercanda?