Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ZARA termenung di kamarnya, di atas tempat tidurnya yang masih berantakan karena tas besarnya—berisi pakaian kotor yang digunakan selama dirawat di rumah sakit—belum dibereskan.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan disusul oleh suara budenya yang menggigil kedinginan. “Astaga, hujannya deras banget.”
Zara berpaling dan memandang ke luar jendela kamar. Sejak sore tadi hujan memang turun cukup deras dan tampaknya tidak ada tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat. Zara bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang dilakukan Syam saat ini. Apakah suaminya itu sudah pulang atau masih menungguinya di depan rumah seperti siang tadi?
“Syam masih nunggu kamu di luar,” gumam budenya menjawab pertanyaan Zara yang tidak diucapkan. “Sebaiknya kamu suruh dia masuk, Ra. Dia pasti kedinginan di luar sana.”
Zara menghela napas pelan seraya berpaling muka, berusaha agar tidak terhasut oleh perkataan budenya. Sambil membuka resleting tas dengan sebelah tangannya yang tidak dibebat, ia merespons pelan, “Dia gak akan kedinginan, Bude. Dia punya alat penghangat di mobilnya.”
“Kalau keadaannya seperti yang kamu bilang, Bude gak akan repot-repot mengasihani anak itu.”
Gerakan tangan Zara terhenti. Ia mengangkat wajah dan menatap perempuan paruh baya di hadapannya dengan bingung. Apa maksud budenya?
“Coba kamu lihat apa yang terjadi di luar.” Hanya itu yang budenya katakan sebelum beranjak meninggalkan kamarnya.