Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
SEMBUH
1
Suka
3,638
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Hari ini aku melihat kau bersanding dengan perempuan itu. Kalian dibaluti pakaian serba putih. Selepas mengikat janji di depan altar, orang-orang bertepuk ria, mengucap syukur dan selamat atas ikatan kalian. Satu per satu menyalami dengan penuh kebahagian.

Aku masih duduk disini, melihatmu dari kejauhan, menunggu semuanya selesai dan menemuimu untuk salam perpisahan. Namun matamu menangkap mataku yang sedari tadi memerhatikan.

Aku tahu kau menemukan luka itu, kau bisa merasakannya dari kedua bola mata ini. Di sudut kerlinganmu pun terselip kesedihan yang begitu dalam. Sesungguhnya sedari dulu kita tahu kalau hari ini akan terjadi, perasaan ini akan tercabik karena kesepakatan kita. Semua keputusan ini telah kita sepakati, meski sebenarnya kita tidak akan benar-benar sembuh, kita hanya istirahat dari cinta yang salah. Bagaimana mungkin aku bisa rela membiarkan kau bercinta dengan perempuan itu, meski aku tahu kau tidak akan melakukan itu sepenuh hati. Kau hanya melakukannya karena tuntutan dunia yang tak mengizinkan kita bersama.

Aku sedikit terkejut melihatmu yang tiba-tiba berjalan ke arahku. Kau berdiri di depanku saat ini, kita begitu dekat, air matamu lebih dulu jatuh sebelum satu kata pun sempat terucap. Dadaku sesak, mataku dipenuhi tangis. Kita saling tatap dengan pandangan yang basah.

“Saka, tak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku.” Ucapmu pelan, penuh keyakinan.

“Iya, Pras, aku tahu. Pergilah, kita terlarang, ditakdirkan untuk jangan.” Jawabku pasrah. Sebab apa lagi yang bisa kulakukan selain itu. Kau memelukku, erat. Aku terisak dalam pelukanmu. Pelukan yang akan selalu kurindukan.

Biarlah waktu yang menjadi obat untuk kesembuhan kita, Pras.

***

“Janji ya, aku orang terakhir.” Prasetya Nugraha mengacungkan jari kelingkingnya.

“Janji. Kamu juga loh ya, aku yang terakhir untukmu.” Jawabku seraya menyambut jarinya.

“Aji Saka, lelaki terakhir dalam hidupku. Hingga nanti sakit ini benar-benar sembuh.” Ucapmu mantap. Lalu kita tertawa.

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Hai, terima kasih sudah mampirmembaca dan memberikan komentar dan koreksinya, ya. :)
Ye, kok geh sih? 😐😐
Btw, masih ada beberapa tulisan yang perlu dikoreksi, seperti penggunaan dialog tag dan di-.
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
INANIMATE
Onet Adithia Rizlan
Flash
SEMBUH
Rolly Roudell
Novel
Bronze
ANGERE
Nurusifah Fauziah
Novel
Bronze
Menjelang Magrib
Heri Winarko
Novel
Bronze
When You Believe
Mell Shaliha
Novel
Ruang Sunyi
Sayyidatul Imamah
Novel
Rumah Yang Sama, Pulang Yang Beda
Goebahan R
Novel
Gold
Bukan Salah Waktu
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Kaligrafi untuk Sabrina
Bisma Lucky Narendra
Novel
Bronze
The Pieces of Memories
Moon Satellite
Novel
BINAR ANGAN
Claudia Lazuardy
Novel
Bronze
Bus Kota Warna Merah (Cerpen Pilihan Editor#1)
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Cerita Hidup Irawan Bersaudara
Jenny C Blom
Novel
Bronze
Anything but Love
Febianty N
Novel
Bronze
MY LOVELY SALWA
Onet Adithia Rizlan
Rekomendasi
Flash
SEMBUH
Rolly Roudell
Novel
Beda
Rolly Roudell
Flash
Vey
Rolly Roudell
Flash
Ingkar
Rolly Roudell
Flash
GELAS PLASTIK
Rolly Roudell
Flash
KARAM
Rolly Roudell
Cerpen
Bronze
Kerja / Dikerjain?
Rolly Roudell
Flash
Gloomy Sunday
Rolly Roudell
Flash
Berkunjung
Rolly Roudell
Skrip Film
Kita, Kota dan Dosa
Rolly Roudell
Skrip Film
Pamit
Rolly Roudell
Cerpen
Lelaki Yang Berjanji Untuk Tidak Menangis
Rolly Roudell