Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Amore Pazzo
2
Suka
6,597
Dibaca

   Hujan masih penuh jatuh dari langit. Di ceruk sebuah warung kopi, aku melipat tubuh. Sebenarnya, ada jas hujan di jok motorku. Aku bisa saja menembus hujan . Pulang.

Tetapi, ibu tua pemilik warung kopi itu memintaku menemaninya hingga anak perempuannya tiba. Lelaki gila yang berteduh di emperan toko tak jauh dari warungnya membuatnya takut. Tanpa berpikir dua kali, aku sanggupi.

Apalagi, di rumah pun tak ada yang menanti. Anakku setahun lewat tinggal bersama kakek-neneknya. Istriku tiga bulan lebih tak jelas kabar beritanya.

Sembari sesekali menatap ke arah lelaki gila di emperan toko itu, ibu tua pemilik warung itu berkisah tentang suaminya yang tak pernah berikan nafkah, dan seringkali memukulinya. Tapi, aku terkesiap ketika dengan tenang ia berkata; "Aku tak tahu bagaimana hidup tanpanya."

Harus aku akui, kisah yang dituturkannya dalam menusuk palung hati. Suami dalam kisahnya seakan menggelitik diri. Seakan ibu itu sedang menyindirku. Tapi aku memang tidak seratus persen seperti suaminya, aku tak pernah main tangan, aku masih memberi nafkah. Walau harus kuakui, tak sebanding dengan biaya hidup di kota ini. Istriku pun terpaksa ikut bekerja. Mertua menganggapku tak becus menghidupi keluarga. Lantas mereka menjemput putri dan cucunya dan melarangku menghubungi mereka.

    Aku dan istriku masih mencuri pertemuan usai tragedi penjemputan. Aku dan istriku juga masih saling berbalas pesan. “Aku dan anakmu masih butuh kamu, Mas. Cari kerja yang mapan ya! Pemasukannya bisa dipastikan tiap bulan.” demikian istriku sering kali mengakhiri pesan-pesan WA-nya.

    Hingga sampai tiga bulan lalu, pesan-pesanku selalu berhenti pada centang satu. Nomor Istriku tak bisa dihubungi. Aku sempat merasa gila, kujemput anak istriku ke rumah mertua. Mereka mengusirku, istriku dan anakku dilarang menemuiku. Hanya suara tangis mereka kudengar dari luar pagar. “Gila, kau masih mencintai pengarang miskin itu!”

    Tak berselang. Terlihat seorang perempuan -yang nampaknya juga gila- tiba-tiba mendekati emperan toko. Ditembusnya deras hujan. Lalu, ia duduk di sisi lelaki gila itu.

Beberapa saat, mereka terlihat hanya duduk bersisian. Namun, kemudian tangan-tangan mereka menari seperti utarakan yang terpendam. Saling menggenggam penuh perasaan. Kepala perempuan itu tersandar bahu orang gila itu. Senyuman terhias di wajah-wajah mereka.

Tak kusadari, ibu tua pemilik warung itu juga menikmati pemandangan itu. Kami berdua terdiam. Seakan kami berdua tiba di sebuah simpulan; "Hanya orang gila yang mencintai orang gila."

Mojokerto, 2020-2022

NB:

Amore Pazzo; Cinta gila.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
LA DOULEUR EXQUISE
Aulia Berliani
Novel
Bronze
Teman Kontrak
Wardatul Jannah
Flash
Amore Pazzo
Anjrah Lelono Broto
Novel
Requiem Musim Gugur
Y Agusta Akhir
Novel
But You
Yaraa
Novel
ANGIN HUTAN PINUS
Albertha Hendita Novivana
Cerpen
Ternyata Oh Ternyata
Seraphine Alana
Novel
Bronze
Lintang Waktu
Inya Sidhyadahayu
Novel
Bronze
Tanya Hati
Shayma karan
Cerpen
Bronze
Strange Thoughts
lidia afrianti
Novel
Warna Cinta Shepia
Maheera Indra
Novel
Gold
Caramel Macchiato
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
DUNIAKU DUNIAMU
Ika_muntadzirotul
Novel
My Creepy Love Story
Melinda Sintawati
Novel
Bronze
Missfortune
Kinno Rita L
Rekomendasi
Flash
Amore Pazzo
Anjrah Lelono Broto
Cerpen
Bronze
Perihal Kematian
Anjrah Lelono Broto
Cerpen
Maafkan Saya, Yu Nah
Anjrah Lelono Broto
Flash
Bukan Malam Jahanam
Anjrah Lelono Broto
Flash
Di Tepi Kawah Saweri
Anjrah Lelono Broto
Cerpen
Rasa Didua
Anjrah Lelono Broto