Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Komedi
Sebelum Dipanggil
4
Suka
3,659
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku ketuk pintu kamarnya keras-keras. Berkali-kali. Tapi hanya membuahkan sebuah lenguhan yang terdengar pelan dari dalam. 

Kakek sudah kebangetan. Niatnya harus segera dihentikan sebelum dia melakukannya. Bisa membuat malu seluruh keluarga. Terutama buat sepuluh cucunya yang masih muda-muda ini. Aku tahu, sih, fungsi otak memang terus menurun seiring bertambahnya usia. Tapi masa untuk berpikir enteng seperti ini saja nggak mampu?

“Mbah, tolong buka pintunya!” aku mencoba memaksa dengan sedikit berteriak.

“Ya, ya… sebentar,” jawabnya. Duh, jangan-jangan dia sudah mulai melakukannya. Gawat.

Tak berapa lama kemudian akhirnya pintu terbuka. Aku langsung masuk dan memeriksa di beberapa tempat. Meja, kasur, dan lemari. Sepertinya kakek tidak menyembunyikannya. Dia hanya terdiam melihat kepanikanku. Tidak bakal dia bisa menahanku. Jalannya saja sudah begitu selow dan terbungkuk-bungkuk. Maklum, usianya sudah 87 tahun. Tapi aku akui, dia memang sakti. Meski sudah berlebihan umur, kakek jarang banget sakit. Kelima indranya juga masih berfungsi dengan baik. Banyak nerimo, itu kata dia kalau ditanya rahasia sehat dan panjang usianya.

Aku sedikit lega kakek belum melaksanakan niatnya. Jadi aku masih bisa menuturinya—meski umumnya, nih, yang tualah menuturi yang muda.

Aku tuntun kakek untuk duduk di sampingku di sisi ranjangnya. “Mbah, untuk kesekian kalinya aku tanya, Mbah masih menyimpan niat terakhirmu itu di dalam hati?”

Kakek terkekeh. “Begini, Le,” katanya. Suaranya masih cukup lantang di usianya. ‘Le’ adalah kependekan dari thole, panggilan anak-anak dalam budaya Jawa. “Jujur, Mbahmu ini sebenarnya sudah pengin ‘dipanggil’. Sudah merasa kenyang menjalani hidup—pahit, manis, dan asamnya juga. Tapi untuk yang satu ini aku belum pernah merasakan. Jadi, ya….”

“Tapi apa manfaatnya buat Mbah?”

“Ya untuk melengkapi pengalaman hidupku, to, Le. Coba pikir, aku sudah menjalani hidup dari era kolonial, kemerdekaan, orde baru, reformasi, milenial, sampai era serbadigital ini. Nah, mumpung aku masih hidup di zamanmu ini aku kudu cari bekal untuk reinkarnasi di kehidupan berikutku nanti.”

Aku geleng-geleng sambil tersenyum. Satu lagi aku acungi jempol buat kelihaian Kakek mengeles.

“Begini saja, deh, Mbah. Menurutku masalah ini harus dibicarakan dengan seluruh anggota keluarga besar kita. Biar nanti Mbah tidak salah melangkah—kalau disetujui. Tapi Mbah harus manut kalau ternyata tidak disetujui. Sebab, kan….”

Tiba-tiba Ayas, anak bungsuku—cicit kesayangan Kakek—berlari-lari masuk dan langsung mendekati Kakek. “Sudah, nih, Yut. Instagram, twitter, facebook semua sudah aku daftarin buat Uyut. Tinggal pakai saja,” kata Ayas sambil menyerahkan sebuah tab kepada Kakek. Uyut kependekan dari “buyut”, panggilan mesra Ayas untuk Kakek.

Aku menepuk jidatku berbarengan dengan menahan napas tapi dengan mulut menganga. Kakek tertawa puas lalu memasang kacamatanya dan langsung berkutat dengan mainan barunya. Ayas ngeloyor pergi tanpa menyapaku, seakan mengejek. Dia berhenti sebentar di ambang pintu lalu menoleh ke arah Kakek.

“TikTok-nya nanti ya, Yut. Aku lagi ada PR,” teriaknya. 

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
hyu
@egidperdana89 : matur nuwuun
lucu. suka banget twistnya. ternyata minta dibuatin.... 😂 ( sengaja saya gak sebut minta dibuatin apa, supaya pembaca yang lain yang kebiasaan baca kolom komen dulu gak terspoiler. 😁) karya yang apik. 🙏
hyu
@mahmud96 : 🤭
Wkwk era moderenisasi.@hyu
hyu
@rina2804 : wkwkwkw... blm ada postingannya
Nama akun simbah kakung apa? Sini saya follow 😀
Rekomendasi dari Komedi
Flash
Sebelum Dipanggil
hyu
Flash
Nyai Roro Kidul-Chan - Legend of South Sea
Donquixote
Cerpen
Bronze
Bos 100 Dolar
hidayatullah
Komik
Siblings
Anintan Savytri
Cerpen
Suatu Hari di Kampung Kalong
Nirmala Dara
Cerpen
Gadai Emas Bonus Cerita
Malichatus Sa'diyah
Komik
Random Moment
giin_
Komik
Sang Dewi
faith
Cerpen
Bronze
Tante Tuti
Emma Kulzum
Komik
DY! Mr. Sleepyhead
Cindy Saraswati
Flash
Bronze
Memadu kasih
penulis kacangan
Cerpen
Hero
hyu
Flash
DESTINY
Aston V. Simbolon
Komik
Ron Macaron's
puguh rizki brajananta
Flash
Ayam kampus
Bungaran gabriel
Rekomendasi
Flash
Sebelum Dipanggil
hyu
Cerpen
Hero
hyu
Flash
Singgah
hyu
Cerpen
Bronze
Kiamat
hyu
Flash
Jalan, Yuk!
hyu
Novel
Bronze
Dalam Semesta Jiwa
hyu
Cerpen
Raksasa dan Si Tua
hyu
Cerpen
Buruk Cermin Muka Dibelah
hyu
Flash
Izin Tuhan
hyu
Flash
What A Thrilling Night!
hyu
Novel
Bronze
Dua Sejiwa
hyu
Cerpen
Lepidoptera
hyu
Novel
Bronze
Garda Jiwa
hyu
Cerpen
Pulang
hyu
Cerpen
Semar Mendem
hyu