Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Nalla duduk dikursi baris ketiga dari meja guru. Tepat ditengah kelas yang terbagi menjadi tiga lorong. Sebelahnya ada temannya, Adam namanya. Pelajaran hari ini adalah matematika peminatan. Sebenarnya, Nalla tak berminat sama sekali soal pelajaran siang ini. Apalagi, guru mata pelajarannya adalah buk Endang yang terkenal judes itu.
"Gini aja kok kalian ngga bisa sih". Celetuk guru matematika berbadan berisi itu ketika kami, siswa-siswa kelas 12 IPS 1 tak paham soal materi siang ini.
Belum kelar soal marah-marah itu, buk Endang keluar dari kelas sambil bergerutu tak jelas. Ia nampak marah karena kami tak bisa mengikuti pelajaran yang seharusnya dikuasi.
"Kamu paham Nalla?" tanya Adam menatapnya dengan wajah kebingungan.
"Kaga dam", jawab Nalla tertawa kecil.
Kemudian, Nalla memalingkan wajahnya ke luar jendela. Benar saja, sebenarnya yang mempengaruhi sikap si buk Endang yang seakan meledak-ledak sedari tadi bukan cuma karena sikapnya yang temperamental melainkan juga ada sosok yang terus mengawasi kegiatan dikelas.
Walaupun Nalla tahu, dia hanya pura-pura tak melihatnya. Sosok itu cukup menakutkan. Sosok wanita berbaju merah yang dilumuri darah, melayang terbang diluar jendela dengan lidah yang menjulur panjang keluar dari mulutnya.
Nalla menelan ludahnya sendiri. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ia melihat sosok itu. Tetapi kali ini, sosok negatif membawa mauatan negatif yang dapat mempengaruhi orang-orang sekedar marah-marah atau bersifat temperantal.
"Dia makin berani siang-siang nampakin diri". Pikir Nalla, lalu memalingkan wajahnya ke temennya sebelahnya.
Tetapi, bukan Adam yang berada disebelahnya. Melainkan sosok wanita yang menyeramkan tadi. Sedang menatapnya dengan mata yang merah menyala, gigi bertaring dan lidahnya mengeluarkan air liur yang terus menetas.
"Aku tahu kamu melihatku".
Sambil lidahnya menjalar keluar mengenal permukaan lantai kelas. Nalla berkeringat dingin melihat sosok itu mendekati dan tahu bahwa ia bisa melihatnya.