Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kadang aku bergidik ngeri setiap diajak oleh paman pergi ke tukang cukur. Seolah-olah aku datang ke sebuah tempat penjagalan.
"Kepala selanjutnya!" teriak si tukang cukur berambut cepak. Tahi lalat di pelipisnya seperti bekas jahitan.
Aku melangkah takut-takut. Paman mendorong dari belakang. Lima detik kemudian, aku berhadapan dengannya. Pasrah di depan cermin. Aku paling tidak suka dicukur.
Ia mencengkeram kerah, memegangi ubun-ubun kepalaku. Dan bunyi gunting sedikit meremang di telinga.
"Selesai." ujarnya.
Aku menangis sejadi-jadinya. Aku kehilangan rambutku, bahkan aku tak pernah tahu dia akan kembali. Kepala botak tanpa satupun helai rambut terpantul dari cermin.
Paman berusaha menenangkan. Ia mengajakku pergi membeli jajanan. Walaupun yang kumau saat itu adalah rambutku kembali.
Ia bertanya, " Mengapa kamu menangis?"
"Aku takut, paman. Aku takut rambutku tidak tumbuh lagi."
Ia malah tertawa. "Keesokan hari rambutmu akan tumbuh. Bahkan tanpa kau minta. Begitu baik kan Tuhan? Jangan takut."
Aku menggeleng. Aku tetap takut. Bagaimana seseorang begitu yakin sesuatu yang hilang bisa kembali sedia kala? Bahkan aku telah kehilangan banyak waktu untuk mencari orang tuaku. Tapi mereka merasa tidak kehilangan suatu apapun. Apakah mereka akan kembali? Orang tua dan waktu yang telah hilang? Kurasa tidak.
Aku takut.