Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Bebi,, kamu di kost ya, aku dan Mela cari bahan makanan buat bakar-bakar malam ini” pinta Nala. Tak butuh waktu lama mereka keluar gerbang kost tempat kami tinggal. Di kost ini hanya memiliki empat kamar dimana tiga kamar sudah berpenghuni dan terdapat satu kamar yang tak berpenghuni. Setiap malam minggu kami selalu melakukan kegiatan rutin yakni barbeque di depan halaman kost yang lumayan luas. Pemilik kost pun membiarkan itu, bahkan beliau sengaja memberikan hasil pancing pada kami seperti ikan nila dan ikan lainnya. Tak jarang juga beliau mengajak teman-teman terdekat kami untuk ikut di acara tersebut.
Satu jam,,, Dua jam,,, berlalu begitu saja. Aku berinisiatif untuk mempersiapkan alat-alat yang akan kami gunakan serta mengundang beberapa teman yang memang sudah biasa datang berkunjung. Namun aku merasa aneh ketika aku melewati salah satu kamar pojok yang tak berpenghuni. Aku mendengar sesuatu yang didalamnya terisi banyak orang yang sedang melakukan sebuah acara. Aku mencoba untuk tetap berpikiran positif “it’s okay Bebi, mungkin tetangga sebelah lagi ada acara”. Kemudian aku kembali melakukan kegiatan yang sempat tertunda.
Setelah selesai melakukan beberapa persiapan, aku kembali memikirkan kejadian yang baru saja dialami. Selang beberapa menit kemudian ada yang mengetuk pintu kamarku “tok,,tok,, tok..! Bebi ini aku Mela, buka pintu dong” pinta seseorang yang mengatasnamakan teman kos ku. Tanpa rasa curiga aku membukakan pintu kamar ku “loh kok sendiri Mel, Nala mana ?” tanya Bebi. Dengan wajah yang sedikit pucat, Mela masuk dan langsung mengambil posisi duduk di pojok. Tak berselang waktu yang lama, handphone Bebi berdering. Dia melihat panggilan masuk dari Nala “Halo Nal, kenapa ? dimana kamu ? kok kamu membiarkan Mela pulang kos sendiri sih ? jahat banget sampai pucat loh dia” pinta Bebi “Ngawur ih,,, Mela loh bareng aku.! Aku mau mengabarkan kalau kami masih lama, soalnya ada bahan yang belum lengkap, jadi kamu tidak apa-apa ya kamu sendiri di kost” jawab Nala.
Dia melihat kearah seseorang yang mengatasnamakan Mela. Dia mendekati Bebi sambil berkata “hihihi,, nduk,uwis ngerti to nduk, iki mbah nduk sing nduwe acara pinggire omah mu, ayok nduk melu mbah (nak, sudah mengerti kan, ini nenek nak yang punya acara sebelah kamarmu, ayo nak ikut nenek)”. Nenek itu menarik tanganku. Di alam bawah sadar aku mengikuti ajakan nenek tersebut. Disitu aku melihat banyak orang yang sedang asyik menikmati berbagai macam bentuk hidangan yang terlihat sangat lezat “ayuk nduk mangan sing akeh (ayo nak makan yang banyak)” ajak nenek.
Namun, disaat yang bersamaan ada seekor kucing yang datang menghampiri aku. Menggigit jari tanganku. Seketika aku tersadar. Orang-orang yang aku temui awalnya baik-baik saja berubah menjadi orang yang tak berbentuk bahkan ada yang salah satu matanya copot. Aku menjerit. Aku berlari sekuat tenagaku mengikuti kemana kucing itu melangkah.
Akhirnya, aku terbangun dari ketidaksadaranku. Aku melihat sekelilingku menangis bersyukur bahwa akhirnya jiwaku kembali ke ragaku yang sudah tiga hari sejak kejadian pergi. Aku menceritakan semua kejadian yang aku alami selama aku menghilang. Pemilik kos yang mendengar kisah ku memutuskan untuk membuka kamar tersebut dan mendoakan agar tidak dihuni oleh yang tak terlihat.