Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hai Ta… Apa kabar?
Sebuah pesan masuk ke DM Instagram Tita. Sebuah kalimat singkat dari seseorang yang pernah ada dalam buku lama Tita.
Baik, Dam. Kamu?
Balas Tita, kemudian…
Selanjutnya, akun tersebut mengetik sesuatu yang sedikit panjang. Tak lama kemudian, terkirimlah sebuah link, juga kalimat bahagia yang mengikutinya….
Rupanya sebuah undangan. Undangan bahagia dari Damar. Dia lah seseorang yang sedang mengirim DM pada Tita. Seseorang yang tiba-tiba datang membawa kabar bahagianya kepada Tita.
Datang ya!!!
Tulis Damar lagi…
Dasar menyebalkan!
Itulah kalimat yang terlintas dipikiran Tita ketika membaca pesan panjang yang dikirim oleh Damar.
XXXXX
“Kenapa harus Jogja?”
“Hmm…. Gak harus Jogja juga sebenarnya. Random aja.”
“Tapi Jogja indah kan?”
“Iya.”
“Udah pernah ke Jogja sebelumnya?”
“Baru sekarang. Semoga aja bisa betah.”
“Ayo keliling Jogja! Biar bisa betah disini. Jogja itu indah banget. Apalagi kalo malam hari.”
XXXXX
“Mau Gudeg?”
“Gak suka makanan manis.”
“Hmm…. Batagor?”
“di Bandung juga banyak…..”
“Cobain Batagornya Jogja. Gak kalah enak sama yang di Bandung sana.”
XXXXX
“Gak bosan makan ayam terus?”
“Aku suka ayam goreng. Sambal disini juga enak.”
“Sambalnya kan kurang pedas.”
“Justru karena itu aku suka.”
“Jadi kalau setiap malam makan ayam gak apa-apa?”
“Gak masalah.”
“Makan disini terus?”
“Aku setia orangnya. Kalo suka satu, yaudah satu aja.”
“Aku juga.”
XXXXX
“Malam ini Hujan… Jadi gak bisa makan bareng.”
“Iya... hujannya juga deras. Jadi gak bisa keluar buat beli makan.”
…….
“Aku di depan. Bawain capcay. Jangan lupa pakai payung. Semoga suka.”
“Hey!!!!”
XXXXX
“Tadi aku dijemput temanku.”
“Pulangnya hati-hati.”
“Jemput.”
“Lohh temanmu?”
“Aku maunya sama kamu.”
“Hmm… Iya nanti dijemput.”
XXXXX
“Jauh ya perjalanannya?”
“Pantainya bagus banget”
“Maaf tadi sedikit ngebut. Aku ngejar waktu sebelum mataharinya terbenam”
“Cantik banget pemandangan sore disini.”
“Jogja Indah kan?”
“Banget.”
XXXXX
“Kita ngebut lagi ya… gpp?”
“Pantai...?”
“Bukan.”
“Terus…???”
“Katanya mau liat bintang.”
“Tapi lagi mendung. Gak ada bintang di langit.”
“Makanya kita naik ke atas.”
“Kok?”
“Bintangnya keliatan kalo liat dari sana.”
“Gimana caranya?”
“Liat nanti kalau sudah sampai.”
….
“Coba liat ke bawah.”
“Wahh…”
“Lampu kota Jogjanya kayak bintang kan?”
……
“Sudah ku bilang…. Jogja di malam hari itu cantik.”
“Iya.”
XXXXX
“Selamat ya…..”
“Buat?”
“Selamat jadian sama Manda.”
“Makasih ya….”
Kamu tau Dam, aku kira… Aku tidak lagi harus memberimu ucapan itu. Ternyata aku salah. Tuhan punya rencana lain. Tuhan membuatku harus mengucapkan kalimat itu lagi untukmu.
Terima kasih untuk tiap-tiap manis tentang Jogja yang kamu kenalkan padaku, Dam. Juga untuk hal pahit yang menyertainya. Terima kasih untuk itu juga. Terima kasih sudah membuatku jatuh cinta dengan Jogja dan seisinya.
Apa kamu tahu Dam, merasakan patah ditempat seindah Jogja itu… entahlah Dam. Aku belum menemukan kata yang tepat untuk menjelaskannya.
XXXXX
Selamat ya Dam!!!
Dam, setelah hari itu... Aku selalu berharap aku tak lagi harus mengucapkan kalimat itu untukmu.
Bukan. Bukan maksudnya aku tidak bahagia untukmu, Dam. Bukan itu. Hanya saja…. Aku masih belum bisa menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan patahku waktu itu.
Masih tersisa Dam. Patahnya masih ada. Tersisa sedikit. Sedikit, tapi tetap masih ada. Menyebalkan ya!!!
End.