Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Explore
Pilihan
Genre
Cacian luka tak bersuara
Jika dia adalah bahagiamu. Maka jangan lupakan, dia juga bisa menjadi lukamu. Seperti api dan panasnya. Menghangatkan, sekaligus bisa meleburkan meski secara perlahan.
Cacian luka tak bersuara

"Yakinlah, sesuatu yang di ciptakan untuk mu. Akan selalu tertuju padamu" tutur si hitam.

"Hidup tidak semudah perkataan. Pikiran dan kenyataan, terkadang nyata tak sejalan" isak ku.

Teringat, aku baru saja di jebloskan oleh orang yang ku sayang ke dalam dasarnya kekecewaan. Dia yang selama ini menghuni tiap ruang pikiran, dia juga yang akhirnya menyapu bersih isinya.

"Kau itu naif. Bilang saja kau mencintai nya. Kau bukan peduli padanya" ujar si hitam.

"Dia pernah bertanya padaku. Apa arti nya pertemanan bagi ku ?. Dan aku menjawab. Seseorang yang akan menerimamu beserta keburukan mu. Apakah itu bagian dari cinta ?" tutur ku lesu.

"Lalu bagimana dengan ucapan mu tentang seseorang yang akan menangis ketika kau terluka. Dan terluka saat kau menangis ?!" seru si hitam.

Kali ini, aku menyerah pada si hitam. Dia benar. Aku rasa arti pertemanan yang ku beri adalah bagian dari sebuah cinta. Dan mungkin, sosok yang menjebloskan ku dalam kekecewaan ini menyadari bahwa aku telah jatuh hati padanya.

"Aku tidak meminta mu mengakui ku. Tapi yang ku mau. Kau harus tahu bahwa tak selamanya yang kau mau bisa kau tuju" jelas si hitam.

Dan lagi -lagi ia benar. Aku memang tertuju pada sosok itu. Sosok yang dengan tega tinggalkan ku tanpa sebuah pamit yang semestinya.

"Hay lemah. Ingat ini baik -baik. Seperti yang ku katakan di awal. Jadi,,, berhentilah khawatir atas hati yang kini merasakan perih. Bukan cinta nya yang tak pantas tuk kau raih. Tapi dia yang belum bisa beralih hati" tegas si hitam.

"Terimakasih" isak ku menahan tangis.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan !!" seru si hitam yang semakin membuatku menjadi manusia ternaif.

"Sekarang. Hapus rindumu yang hanya jadi pilu. Buang cinta yang hanya ciptakan lara. Kau pantas bahagia. Tidak ada yang berhak menghakimi apa kebahagiaan mu" jelas si hitam.

"Tapi bahagia ku,,," tutur ku ragu.

"Tak apa jika bahagiamu dia. Tapi jangan pernah lupa. Luka mu pun adalah dia" tegas si hitam.

"Ehm,," gumam ku.

"Dengarlah. Tak ada yang akan mengerti luka mu sedalam apa ?. Lara mu seperih apa ?. Dan duka mu selama apa ?. Sekuat apa pun kau menuturkan kau berduka atas lara yang tersayat ribuan luka. Teriakan batin mu tak akan terdengar oleh mereka. Karena yang kau tuturkan adalah cerita, bukan isakan jiwa" jelas si hitam.

"Tapi,,, tanpa aku bercerita. Kau bahkan tahu dan atau memahami dengan baik diriku dan jiwa yang terguncang" balas ku yang akhirnya jatuhkan air mata pertama untuk nya.

"Apa aku harus jelaskan siapa aku ?" tanya si hitam.

Mengusap air mata yang mengalir di pipi. Aku mencoba tersenyum demi si hitam yang semakin terlihat hanyut dalam luka.

"Jika orang lain bisa menjadi kebahagiaan dan sekaligus luka mu. Maka aku adalah wujud keduanya" lugas si hitam.

Dan sekali lagi si hitam benar. Bagaimana aku bisa lupa dengan ini semua. Aku ini suka menyendiri, sudah pasti....

"Biar mereka yang menyebutkan" pinta si hitam tegas.

Terimakasih,,, terimakasih telah jadikan dirimu wujud dari kebodohan ku.

-Arrezian.

4 disukai 3.8K dilihat
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction