Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Cerita Tentang Hujan
0
Suka
3,812
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Waktu itu aku mendatangi Aninta yang sedang duduk sendirian di dalam kelas pada jam istirahat kedua. 

"Boleh buku ini aku pinjam?" Aku menunjuk buku catatan biologi yang tergeletak di meja Aninta. Dia terkejut dan sejenak menatapku.

"Boleh, tapi nggak pake lama, ya? Minggu depan kan ada ulangan biologi," kata Aninta sambil memberikan buku catatannya.

"Hmm, gimana, ya? Tulisanmu bagus, sih. Seperti orangnya. Jadi aku ingin berlama-lama memandang dan membacanya," jawabku memberi sedikit pujian padanya.

"Kalau begitu, pinjam sana sama yang lain!" kata Aninta menarik lagi bukunya dan bersiap untuk memasukkannya ke dalam tas.

"Okee ..., lusa aku kembalikan!" janjiku sambil meraih buku itu dan menahannya.

"Tapi kalau harus pake lama, akan kutuliskan sajak indah untukmu. Mau?" janjiku lagi. Aninta hanya bisa tersenyum mendengarnya.

Pinjam buku! Seperti kebanyakan anak-anak sekolah untuk mendekati teman wanita yang disukainya. Begitu juga denganku. Dan di halte depan sekolah aku selalu menunggu senyum manisnya. Untuk saling bercerita melepas rindu dan menjalani kisah sembunyi usai dentang bel sekolah. Sepertinya aku begitu terobsesi dengan Aninta hingga membayangkan kisahku seperti salah satu lagu milik Iwan Fals.

Tiba-tiba terlihat kilat cahaya putih dari langit dan memenuhi ruang kelas. Disusul beberapa detik kemudian terdengar suara menggelegar menggetarkan kaca-kaca jendela di kelasku. Air hujan pun tercurah dari langit dengan derasnya. Buyar sudah lamunan satu tahun yang lalu saat aku mulai mengenal Aninta.

Rasa itu tumbuh belum sempurna. Kuncup-kuncup mawar pun belum merekah semua. Tetapi angin yang menyertai rindunya hujan pada tanah telah menggores luka pada mahkota indahnya. Hanya satu semester Aninta mengisi hari-hari ceriaku. Tapi senyum manisnya telah menggores begitu dalam di hatiku.

Kedekatanku dengannya menumbuhkan semangat baru dalam hidupku. Aku tidak tahu apakah ini cinta? Tetapi semua itu harus pupus di tengah jalan. Saat kenaikan ke kelas dua belas, dia harus pindah ke luar negeri mengikuti ayahnya yang bekerja di KBRI Australia.

Otomatis mulai semester satu di kelas dua belas ini aku tidak bersama Aninta lagi. Tapi hingga aku lulus sekolah dan melanjutkan kuliah masih sering bertukar rindu lewat pesan pendek. Aku hanya bisa berharap agar benih-benih cinta ini dapat bersemi lagi saat dia kembali ke tanah air.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Cerita Tentang Hujan
bomo wicaksono
Flash
Kukirimkan Surat Untukmu, Kekasihku
Hai Ra
Novel
Bronze
Atala & Anata
Nabila May Sweetha
Novel
Bronze
Gadis Sastra
Achmad Muchtar
Novel
Bronze
Second Lead
Siti Nur Laela K
Novel
Bronze
Tuntun Aku menuju Ayat itu!
Rizky Ade Putra
Novel
Bronze
Kotak Kesunyian
Revia
Novel
Diary Ta'aruf
Sastra Introvert
Novel
Bronze
Something To Feel
Ervina Yulia
Novel
My Weird Neighbor
andra fedya
Novel
Gold
Hector & the Search for Love
Noura Publishing
Novel
Gold
Relationship Goals
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
My Dream With Sensei
Gita F.A Kenanga
Novel
Gold
Surat Cinta Tanpa Nama
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Kalau Baper Makan Dulu
Falcon Publishing
Rekomendasi
Flash
Cerita Tentang Hujan
bomo wicaksono
Flash
Dia Punya Teman yang Lain
bomo wicaksono
Flash
Dari Dimensi Lain
bomo wicaksono
Flash
Cerita Tentang Hujan
bomo wicaksono
Novel
Gasing Bambu
bomo wicaksono
Novel
Perjanjian Ketiga
bomo wicaksono
Cerpen
Bronze
Hujan dan Secangkir Kopi Panas
bomo wicaksono
Flash
Bronze
Penulis Cerita Horor
bomo wicaksono
Cerpen
Lady Ciprut dan Gendhuk Tini
bomo wicaksono
Cerpen
Bronze
Rumah Atlanta
bomo wicaksono
Cerpen
Bronze
Andung dan Seblak Sapu Lidi
bomo wicaksono
Flash
Cerita Tentang Hujan
bomo wicaksono
Flash
Sang
bomo wicaksono
Cerpen
Bronze
Dia Datang Diantar Siapa?
bomo wicaksono
Flash
Dia Datang dalam Keadaan Berantakan
bomo wicaksono