Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sudah jelas tidak percaya cinta. Namun karena penasaran tetap ingin menyentuhnya. mulanya memberikan banyak debar di hati. Segalanya akan baik-baik saja, karena ketika pulang dia ada menemani hari yang melelahkan.
Tumpukkan buku dalam rak di perpustakaan menjadi saksi betapa romantisnya pertemuan kita. Sebuah adegan klise dalam film benar-benar terjadi. Kala itu punggungmu yang lebar menabrak punggungku yang ramping. Tanpa sengaja sepatu conversemu juga menginjak tumit kakiku. Rasanya tidak seperih sekarang ini.
Kedekatan bermula ketika kamu memohon untuk mengobati kakiku yang tergores. Kamu juga memohon untuk mentraktirku makan dan mengantarkanku pulang. Kita bertukar kabar melalui whatsapp. Kabar mengenai bagaimana goresan pada kakiku, kian lama berubah menjadi kabar kita pada suatu hari.
"Aku lagi ingin makan sate madura. Ikut yuk temani aku makan, maka sebagai balasan aku mengusir lelah kamu!"
Kamu selalu punya kalimat manis untuk menghiburku lewat makanan. Begitu pula aku selalu punya minuman manis yang kubawakan ketika kamu lelah. Waktu-waktu yang kita habiskan terasa hangat dan menyenangkan.
Hingga akhirnya aku mengerti mengapa kamu bisa sehangat ini. Adegan klise di perpustakaan merupakan hari di mana kamu putus dengan kekasihmu. Mendengar kamu menceritakannya dengan antusias bahwa kalian sudah menjalin kasih selama delapan tahun. Sayangnya kamu baru menceritakan masa lalumu ketika kebersamaan kita yang terjalin hampir dua tahun.
Seketika aku menyadari mengapa aku terlalu mengagumi punggung tinggi dan lebar milikmu. Ternyata aku selalu menatapnya. Ketika kita berjalan bersama aku selalu melihatnya. Aku selalu mengikutinya. Dia juga dengan murah hati mempersilakan aku untuk bersandar di sana.
Ternyata selalu ada sesuatu dari sesuatu. Punggung itu kini tidak menarik lagi. Untuk pertama kalinya aku membelakangi punggung itu setelah selesai membicarakan masa lalunya. Tidak ada harapan mulus bila kamu tidak bersedia memberikan pundakmu untuk aku merebah. Pundak itu belum siap dengan keberadaan nona lain.
Baiklah mari kita bakar saja memori yang cukup lama itu. Proses pembakarannya menghasilkan ledakan hebat di hati. Ledakan itu membuat kota di sekitarnya ikut runtuh. Kota itu dulunya pernah hancur pasca pisahnya bapak kota dan ibu kota. Ternyata ledakan yang sama terjadi lagi. Kotanya hancur. Yang tersisa hanya abu debu dan puing yang berantakkan.