Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Jangan coba- coba.” Hanan mengancam. Mencengkeram lengan orang lain makin erat. Dia tidak yakin bagaimana dia bisa berakhir begini. Berkutat dengan seorang gadis asing dan saling serang. Seingat Hanan, dia hanya mengantre makanan bersama Edwin tadi.
Gadis yang berdiri di atas dia menarik senyum. “Satu. Dua. Tiga.” Pegangan itu terlepas. Pantat Hanan jatuh mengenai lantai. Dia akan berdiri dan membuat perhitungan, tapi suara teman baiknya membuat Hanan menoleh horor.
“Nan. Lu, ngapain di situ?” Edwin dengan sepiring makanan menatap skeptis ke arahnya, begitu juga gadis di belakangnya.
Rena tertawa. Menikmati keadaan sang musuh bebuyutan, tapi saat tatapan gadis itu jatuh ke selangkangan Hanan, Rena berteriak lalu memalingkan muka. Reaksi itu langsung membuat seluruh tamu undangan pernikahan Ogi menatap ke arahnya.
“Opps! Sorry.” Suara asing dari depan membuat mata sipit Hanan kembali mendongak. Gadis berambut bob tersenyum. Hanan berani bersumpah, dia bisa mendengar tawa di kepalanya.
“Aku akan membalasmu.” Ancamnya, mengeram penuh dendam.
Gadis itu hanya mengangguk ringan. Jari- jarinya menunjuk ke celana kain yang robek di selangkangan. Ukuran yang sangat besar sampai memperlihatkan celana boxer bermotif bunga dan sebagian kulit paha pemiliknya.
Hanan terkesiap, langsung menutupi itu. Matanya kembali melotot saat gadis pembawa sial itu pergi. Berjalan dengan ringan ke arah luar gedung sambil bersiul senang.
Hanan mengumpat. Dia masih menyumpahi gadis itu saat sahabat- sahabatnya berkerumun dan membantunya berdiri. Menyelamatkannya dari kejadian paling memalukan seumur hidup Hanan.
“Kalian tahu siapa cewek itu?”