Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Apa kau yakin dengan hal ini?” bisik Roselia.
“Percayalah padaku, sebuah kereta menunggu kita untuk menikah di Paris,” ucap Julio.
Di bawah rembulan, pasangan kekasih itu pun berlari bersama menuju stasiun. Namun sebelum Roselia menaiki kereta, tiba-tiba saja seorang pria menarik tangannya.
“Ayah! Lepaskan aku!”
Sang ayah melotot ke arahnya, “Anak kurang ajar! Beraninya kau menodai kehormatan keluarga kita! Dia itu berasal dari keluarga miskin!”
Kereta pun mulai melaju dan Julio sudah naik di dalamnya.
“Tunggu aku Roselia! Aku akan kembali untuk menjemputmu! Aku berjanji!” ucap Julio.
“Julio! Aku akan setia menunggumu!”
Setelah itu, Roselia pun dibawa paksa ke rumahnya.
Di kamar yang terkunci, Roselia hanya duduk sambil memandang ke luar jendela. Ia yakin suatu hari nanti Julio akan datang untuk menepati janjinya. Karena itu, ia pun berusaha untuk menjadi seorang gadis yang setia.
***
Namun lima tahun berlalu dan sang kekasih tak juga datang.
Hingga suatu hari, tiba sebuah kabar yang mengatakan bahwa Julio sudah berkeluarga di Paris.
Lutut Roselia tiba-tiba lemas dan ia pun terjatuh ke lantai. Air matanya tak henti mengalir.
“Mengapa Julio... mengapa...”
Perlahan Roselia duduk di sebuah kursi lalu menusuk jantungnya sendiri dengan sebuah pisau karena rasa kecewa yang mendalam. Sang ayah yang sedih meminta tubuh Roselia untuk diawetkan.
***
Berabad-abad kemudian, Roselia masih duduk di kamar itu.
Memandang jendela.
Dengan air mata yang tak berhenti menetes.
Walaupun kerangka Julio sudah berlutut di hadapannya.