Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
MANTAN PER*K
2
Suka
11,131
Dibaca

“Rusli!” teriak ayah memanggilku.

Aku menarik napasku kesal. Ayah selalu bersikap seperti ini padaku. Aku beranjak dari ranjang dan berjalan mendekati ayah yang berada di ruang tamu. Duduk bersebelahan dengan perempuan muda yang terpaksa kupanggil dengan sebutan mamah.

“Duduklah!” ucap ayah dengan wajah kemarahan.

“Ada apa ayah?” tanyaku setelah aku duduk berhadapan dengan ayah.

“Mengapa kamu berani membantah ibumu Rusli!”

Perempuan muda itu menggeleng panik.

“Sudahlah mas, mungkin Rusli sedang banyak pikiran,” perempuan muda itu menenangkan.

Aku memutarkan kedua bola mataku. Rasanya aku sangat enggan membicarakan hal ini. Berkali-kali ayah memarahiku dengan sebab yang sama.

“Aku sudah besar,” jawabku singkat.

“Kamu tidak menghormati ibumu Rusli!” wajah ayah semakin memerah.

“Dia bukan ibuku! Dia seorang perek!”

Ayah terperanjat dan mengerutkan dahinya. “Kamu lancang Rusli!” tangan ayah hendak menamparku.

“Sudah mas. Sudah. Aku sudah melupakan semuanya,” seru perempuan muda itu sembari menahan lengan ayah.

Aku kembali menarik napas kesalku. Aku merasa perempuan muda itu selalu mengadu hal yang tidak perlu diadukan kepada ayah.

“Dia tak pantas kupanggil ibu!” aku menoleh, menyapukan pandanganku pada penampilan perempuan muda itu.

Rani, perempuan muda yang ayah nikahi secara sembunyi-sembunyi tiga tahun yang lalu saat ibu masih hidup tak pantas kupanggil seorang ibu. Berok pendek dengan kaus tanktop, biasa dia gunakan sehari-hari membuatku risih. Usia dia sepantaran denganku. Bahkan lebih muda dua tahun dariku. Aku tak pernah habis pikir, mengapa ayah sangat menyayangi bahkan mengawini perempuan muda itu.

“Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, dia menggoda lelaki hidung belang di terminal sana ayah!”

“Cukup Rusli!” ayah menamparku.

Aku mematung beberapa saat setelah ayah menampar wajahku dengan begitu keras. Lalu aku melangkahkan kaki dengan cepat masuk ke kamar. Mengemasi beberapa kaus yang kumasukkan ke dalam ranselku.

Ayah masih berdiri tegak dengan tanduk yang tajam di atas kepalanya, ketika aku melewatinya begitu saja lalu membuka pintu dengan kasar.  Tanpa pikir panjang, kunyalakan mesin motor vespa kesayanganku, menerjang hujan yang cukup deras dalam gelapnya langit kota Malang.

“Bang Rusli! Bang Rusli!” tepukan pada bahu memudarkan lamunanku.

“Abang, ayo kita pergi,” ajak Dhea adik tiriku yang masih berumur 2 tahun.

“Sebentar Dek!” jawabku singkat sembari mengelus lembut kepalanya.

Di tanah pekuburan ayah dan ibuku, aku menangis. Teringat pertengkaranku dengan ayah waktu itu adalah pertengkaran terakhir bagi kami. Selepas aku pergi, ayah terkena serangan jantung. Ada sesal yang tersisa di hati. Tapi hati ini tetap sulit untuk menerima Rani, sebagai ibu tiriku. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)
Rekomendasi dari Drama
Komik
Nilai
Mnemonik M
Flash
Castiya Positif
Rita Benz
Flash
MANTAN PER*K
Shinta Puspita Sari
Novel
Bronze
MALKA
Efyna
Novel
TIME IS GONE
Dwi Budiase
Flash
WULAN
kndln
Flash
BANG SATE
Mega Puji Indrawati
Flash
Merinci segala-gala
Berkat Studio
Flash
Bronze
Makan Di sini Apa Dibungkus?
Reyan Bewinda
Flash
Punggung Bapak Sekuat Baja
Fadel Ramadan
Flash
MAKLAR
Hans Wysiwyg
Novel
Cancer "Si Pengingat Ulung yang Ceplas-ceplos"
Winda Azhari Pasaribu
Skrip Film
Tentang Hidup
Indra Putra Riyanto
Skrip Film
Pelakor
Fahrand ahmad
Flash
Listrik UGD 24 Jam
Martha Z. ElKutuby
Rekomendasi
Flash
MANTAN PER*K
Shinta Puspita Sari
Novel
Jadi, Boleh Aku Mencintaimu?
Shinta Puspita Sari
Cerpen
MENDEKAP MARAPI
Shinta Puspita Sari
Cerpen
Jadi, Boleh Aku Mencintaimu?
Shinta Puspita Sari
Flash
HANUM
Shinta Puspita Sari
Novel
Unfair Marriage
Shinta Puspita Sari
Novel
Takdir yang Tak Pernah Kusepakati
Shinta Puspita Sari