Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Mr. Rabbit pergi ke hutan untuk mengumpulkan buah dan biji-bijian. Pagi tadi, Mrs. Rabbit memberitahunya bahwa dia akan memasak sup wortel dengan biji kenari untuk makan malam. Jadilah Mr. Rabbit membawa tas keranjang besarnya siang ini, ia berniat untuk berkunjung ke perkebunan milik seorang petani muda yang ramah dan baik hati.
Saat perjalanan pulang, Mr. Rabbit melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, berwarna merah dan mengkilap di antara semak-semak. Ia menyingkap dedaunan dengan kaki depannya yang berbulu, menemukan sebuah apel kecil, yang tidak terlalu kecil, tergeletak di atas tanah. Buah apel itu cantik sekali, berwarna merah ranum dan dalam bentuk yang sempurna.
Makan aku.
“Mengapa kau ingin dimakan?” tanya Mr. Rabbit kemudian.
Tidak ada jawaban. Keadaan tetap tenang di sekitarnya, apel itu tidak bergerak.
“Mungkin aku hanya berhalusinasi.” gumam Mr. Rabbit pada dirinya sendiri. Ia mengambil apel itu dan menaruhnya ke dalam keranjang, lalu kembali melanjutkan perjalanan pulang.
Satu hal yang tidak Mr. Rabbit ketahui adalah, bahwa apel yang baru saja dipungutnya itu tidak sengaja terjatuh dari keranjang rotan seorang nenek-nenek tua, yang hidup di sudut hutan yang paling gelap dan sunyi.
Setibanya di rumah, Mr. Rabbit meletakkan seluruh belanjaannya di atas meja kayu panjang, termasuk buah apel itu. Ia menyimpan tas keranjangnya di dapur dan pergi ke halaman depan rumahnya.
Baby Rabbit, yang masih sangat muda dan penuh rasa ingin tahu, melompat-lompat kecil menuju meja kayu. Ia melihat buah apel yang berkilau, halus, dengan warna yang ranum. Apel itu menggodanya. Makhluk apapun tidak akan bisa menahan godaan dan keindahan seperti itu. Baby Rabbit bisa melihat pantulan wajahnya di badan merah apel yang mengkilap.
Baby Rabbit mengambil apel itu dengan kedua kaki depan kecilnya, ia mengendus-endus buah itu. Aromanya memikat. Baby Rabbit menggigit apel itu, ia mengunyahnya.
Apel, buah paling mencurigakan.
Dan menelannya.