Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Belakangan ini, aku sering memikirkan bagaimana kehidupanku dua tahun kedepan. Apakah akan tetap seperti ini? Ataukah, akan ada sosok baru disamping guling?
Berbagai fantasi indah tentang cinta dan kasih sayang sudah berkumpul. Ini hanya masalah waktu—kapan momen yang tepat untuk meledakkannya.
"Aku udah sampai di rumah. Terima kasih, ya."
Sedikit aneh, itu yang pertama kali terlintas dikepalaku. Lantas, kenapa dia memberitahukan hal tidak penting itu padaku? Memangnya, aku siapanya? Atau jangan-jangan———nggak mungkin!!!
"Nggak mungkin suka!" seruku sendiri, akan menyeramkan sekali jika kami benar-benar menjadi sepasang teman hidup. Terlepas dari fakta bahwa kami adalah berada di kelas yang sama.
Seminggu kemudian, kami kembali bertemu. Kali ini, dia mengajakku untuk bertemu teman-temannya. Tidak banyak, hanya ada tiga orang. Dan kalian tahu apa yang terjadi?
Aku menyukai salah satu dari mereka!
Si tinggi nan introvert. Dia cenderung menyimak apa yang kami lontarkan dan menimbrung saat dibutuhkan. Sepertinya, dia berhasil mencuri hatiku hingga aku berani meminta nomor teleponnya.
Dua hari pertama, akulah yang membuka obrolan. Mulai dari menanyakan kabar sampai berdiskusi mengenai semesta. Dia cukup responsif tapi kurang peka.
Lama kelamaan, aku jenuh karena dia tidak pernah melakukan hal yang sama padaku.
Dan disaat yang sama, dia—yang lama—muncul kembali membawa dua buah susu kotak rasa coklat. Aku tersenyum, dia juga.
"Ini buat kamu."
Aku menerima susu kotak tersebut. "Terima kasih."
"Iya."
Kami terdiam cukup lama. Dia dan aku, sama-sama berlomba menghabiskan susu kotak.
Tidak lama kemudian, "Besok aku udah nggak disini."
Aku terkejut. Kali ini, mataku benar-benar memaku irisnya. "Yang benar?!"
"Iya." Dia malah terkekeh sendiri. "Kenapa? Kangen?"
Aku tersipu dan langsung memukul punggungnya. "Nggak bakal!" seruku lantang. "Toh, masih banyak orang (lain) yang bisa aku kangenin."
"Iya-iya." Dia mengangguk seraya mengeluarkan sesuatu dari jaketnya. "Tolong simpan ini, ya?" Dia menyodorkan sebuah flashdisk. "Yang kita butuhin udah ada disini. Kamu bebas buat ngeditnya."
"Lah? Serius?!"
"Iya. Tahun depan aku ambil lagi."