Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Seorang pria dengan rambut sedikit merah itu sibuk melempar batu ke danau di depannya. Pandangannya begitu tenang dan tedu menatap hamparan air di danau.
Pandangannya teralihkan saat mendengar suara indah di dekatnya. Senyumnya terukir dengan manis saat mendengar suara itu untuk kedua kalinya.
"Suaranya membuat tenang," ucapnya dengan tersenyum.
Lalu, ia segera bangkit dari duduknya dan menghampiri tempat sepedanya ia parkir. Dengan begitu penuh rasa penasaran pria tadi langsung menuntun sepedanya dan mencari sumber suara itu.
***
Sudah berjalan semakin jauh dari tempatnya, pria tadi menghentikan langkahnya saat melihat seorang gadis cantik, imut sedang berlari berusaha mengejar kupu-kupu yang berterbangan.
"Cantik."
Satu kata yang menceritakan segalanya. Cantik. Satu kata penuh makna bagi sebagian orang. Banyak definisi dari kata cantik itu sendiri.
Kakinya tergerak sendiri untuk menghampiri gadis tadi yang saat ini sedang sibuk menyium aroma bunga di sekitarnya. "Kenapa dia tidak memetiknya?"
Namun, perasaannya pupus saat seseorang datang menghampiri gadis tadi dengan sangat ramah langsung memeluknya dari belakang. "Lagi nyari kupu-kupu?"
Gadis tadi yang ditanya pria dibelakangnya hanya mengangguk sebagai jawaban. "Kupu-kupunya terlalu tinggi terbangnya. Jadi, Caca liat bunga aja."
"Mau aku petikan?"
Caca langsung menggelengkan kepalanya keras. "Jangan! Biar mereka tumbuh dengan cantik. Nanti akan banyak kupu-kupu yang hinggap."
"Oke."
***
Bagai kapal menghantam karang ditengah laut. Rasanya hati Gery yang kini kembali menuntun sepedanya itu hampa kembali. Suara yang berhasil membuatnya jatuh cinta ternyata sudah memiliki kekasih.
"Dunia ternyata sedang mengajarkan kita untuk bersabar. Mengajarkan bahwa apa yang kita sukai tidak akan selalu bisa didapatkan."
"Permisi?"
Gery menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Seorang gadis cantik berambut panjang sebahu itu terlihat penuh peluh.
"Bisa bantu aku nggak? Sepeda aku rantainya putus, dari tadi nggak bisa benerin. Sampai tangan aku penuh sama oli." Serunya seraya menunjukkan tangannya yang sudah penuh dengan oli itu ke arah Gery.
Terlihat menggemaskan. Gery langsung mengangguk dan mengikuti langkah gadis itu. Sesampainya Gery langsung membenahinya dan setelah selesai ia kembali untuk pamitan.
"Rantainya kendor, mungkin nanti habis ini bisa langsung dibawa ke bengkel aja suruh ngencengin. Atau kalau orang rumah kamu bisa benerin lebih bagus."
"Makasih. Nama aku Jisa, kamu?"
"Gery."
Keduanya saling berjabatan tangan dengan tidak sadar tangan keduanya kini penuh dengan oli. Lalu mereka tertawa bersama.
"Maaf, aku nggak tau."
"Nggak apa."