Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dengan terburu-buru, kukemudikan mobil menuju komplek perumahan. Jalan yang sempit, membuatku harus berhati-hati agar tidak bersinggungan ketika berpapasan dengan kendaraan lain.
Seperti sekarang ini, sifat egoku tak mau hilang ketika mobil di depan mendadak berhenti, karena mobilku hampir menyerempetnya. Aturan aku yang harus mundur, tetapi kupaksakan untuk tetap melaju.
Akhirnya, wanita yang berada di samping sang pengemudi mobil di depanku berteriak memaki. Emosiku pun terpancing.
Ketika membuka kaca mobil juga kacamata hitamku untuk melayani caciannya, di luar dugaan kami sama-sama tercengang. Ternyata dia Mey, sahabatku semasa sekolah.
Setelah itu kami turun dari kendaraan masing-masing. Kami langsung berpelukan dan saling menanyakan kabar.
Namun bunyi klakson di belakang mobil membuat kami tergesa-gesa. Segera kuminta nomor kontaknya. Karena Mey tak membawa ponsel, ia mencatat nomorku di ponsel suaminya. Setelah itu kami sepakat melanjutkan obrolan di WhatsApp.
Saat ini Mey datang dengan berurai air mata. Di tengah isakannya, ia menceritakan kesedihannya. Ia sedang putus asa dengan perubahan serta kabar perselingkuhan suaminya yang ia dengar dari teman sekantor suaminya yang sering memergoki.
Mey bilang ia tak punya siapa-siapa lagi untuk mencurahkan isi hatinya. Ia berharap aku sebagai sahabatnya bisa membantu.
Teapi ia lupa, waktu itu telah meninggalkan jejak di ponsel suaminya. Nomor kontakku belum ia hapus. Karena setelah itu, suaminya melanjutkan kontak denganku. Kemudian sering janjian bertemu, sampai akhirnya kami menikah siri tanpa sepengetahuan Mey.
**&**
Samarinda, 03042021