Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Arumi mengemasi barang-barangnya pagi ini, siap untuk berlibur dan melepas penat. Untungnya, cuaca hari ini sangat cerah.
“Kau serius tidak mau ikut denganku?” tanya Arumi pada Biu, setelah ia selesai merapikan kamar.
“Aku tidak bisa hidup di air asin, kawan.” jawab si ikan cupang.
Arumi terkekeh. “Payah sekali. Padahal di laut banyak ikan-ikan yang lebih indah darimu.”
“Paling tidak di air tawar aku yang paling indah dan memikat.” ujar Biu sambil berputar, memamerkan corak tubuhnya yang berwarna.
“Tapi, kau benar-benar serius tidak akan ikut denganku.” gumam Arumi lagi, air mukanya sedih. “Nanti siapa yang akan memberi makan dirimu?”
“Biasanya kau juga akan menitipkanku pada Sheo, tetangga sebelahmu yang baik hati.”
Arumi berjalan mendekat. Ia menyajarkan wajahnya di depan kaca akuarium.
“Aku pergi dulu, Biu. Jaga dirimu baik-baik. Sayang sekali kau tidak bisa pergi bersamaku.” kata Arumi pada ikan cupang kesayangannya.
Ikan cupang itu menggoyang-goyangkan siripnya, gelembung air keluar dari mulutnya. “Gunakan waktumu sebaik-baiknya. Sepertinya beberapa manusia juga perlu beristirahat dan bersantai.”
“Tahu apa kau tentang manusia?” tanya Arumi iseng.
“Aku tahu sedikit.”
Setelah berpamitan dengan Biu dan memastikan seluruh ruangan rapi dan tidak ada yang terlewat, Arumi membuka pintu kamar.
“Kuharap kau tidak lupa cara berenang.” celetuk Biu dari jauh.
Sambil tersenyum riang, Arumi mengacungkan ibu jarinya. Ia melambaikan tangan sekali lagi sebelum menutup pintu kamarnya.
Arumi pergi ke laut menggunakan bis. Bis berhenti tepat di halte di seberang pantai. Ia memenjamkan mata, menghirup aroma laut dan pantai sebanyak-banyaknya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum menyebrang, lalu menuruni batu-batu besar di sebelah jalan raya menuju hamparan pasir. Ia berlari di sepanjang pesisir, membiarkan kedua kakinya merasakan lembutnya pasir dan sinar matahari menimpa wajahnya.
“Aku pulang.” ujarnya.
Arumi memandangi laut di depannya. Ia tersenyum. Ombak menyentuh pergelangan kakinya. Gadis itu membungkuk untuk merasakan air laut yang hangat, tangannya menyentuh butiran pasir yang basah.
Ia menaiki bebatuan yang cukup tinggi, hampir seperti tebing yang mengarah ke laut. Menoleh ke daratan sekali lagi. Ia menghela napas sambil tersenyum, menyiratkan salam perpisahan. Wajahnya berbalik memandangi laut lepas, lalu ia melompat.
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, kedua kakinya kembali berubah menjadi ekor.