Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Samar-samar terdengar alunan instrumen musik tokoh Kenny G. yang berjudul Forever in Love.
Qenis yang dipandu seorang pramusaji berjalan santai, lalu duduk di sebuah kursi dengan meja yang sudah dihiasi lilin serta bunga mawar merah. Pramusaji itu lantas meninggalkan Qenis sendiri. Qenis memejamkan mata, mencium aroma ruangan yang menurutnya tak asing. Suhu ruangan cukup dingin untuk seorang diri.
Ia melihat ke sekeliling ruangan. Tak tampak siapa-siapa di sana. Ia memegang bunga mawar yang ada di depannya, lalu mencium bunga mawar tersebut. Ia menarik napas sembari memejamkan mata.
Konsentrasinya buyar saat terdengar langkah kaki mendekatinya. Wajahnya belum tampak.
Tek ….
Tek ….
Kemudian … terlihat sosok Dimas—laki-laki gagah berwajah manis. Ia memakai pakaian yang sangat rapi. Berbeda dari biasanya, yang hanya memakai kaos oblong dan celana jeans andalan anak muda.
Qenis yang berkerudung rapi dengan blazer hitam di tubuhnya seketika berdiri.
“Dimas?”
Dimas tersenyum dan mendekati meja—tempat Qenis duduk.
“Kapan kamu datang?”
Masih tidak ada jawaban dari sosok yang ada di depannya.
“Dimas, benarkah ini kamu?”
“Iya Qenis,” jawabnya sembari duduk di depan Qenis. “Apakah kamu sudah melupakanku?”
Qenis tersenyum.
Kemudian datang dua orang pramusaji membawakan sebuah hidangan.
“Kapan kamu datang?”
“Bisakah kamu tidak bertanya banyak hal?” ucap Dimas. “Apakah kamu begitu merindukanku?”
“Tentu saja,” jawab Qenis.
“Qenis, makanlah!” ucap Dimas.
“Baiklah,” jawab Qenis.
Mata Qenis terbelalak saat memotong steak yang ada di depannya.
“Kenapa?” tanya Dimas.
Qenis berusaha memotong steak secara vertikal di bagian tengah. Tapi ada sesuatu yang meganjal di sana. Ia membuka bagian tersebut. “Apa ini?”
“Qen—”
***
Qenis membuka matanya. Berkedip beberapa kali. Menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Ia menoleh ke sebuah foto yang ada di meja—di samping tempat tidurnya. Lalu ia menarik selimut untuk menutupi wajahnya dan memeluk guling dengan sangat erat. Isak tangisnya terdengar samar memecah keheningan. Ingatannya kembali saat melihat tubuh Dimas terbujur kaku berbalut kain putih.