Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Segelas kopi susu panas menemani pagiku bersama dengan awan gelap yang menggelayut di langit luar kamarku. "Sepertinya mau hujan...", batinku. Dengan malas aku membuka laptop untuk memeriksa adakah surel yang masuk dari atasanku dan aku tak menemukan tugas baru dari beliau. Aku melihat jam di dinding kamarku, jam tujuh pagi. Aku masih termenung menatap jalanan di luar rumah dari balik jendela kamar.
"Kamu di mana?", pesan itu muncul di layar ponselku.
"Aku masih di food court. Kamu di mana?", balasku.
"Aku on the way ya. Sorry, tadi ada meeting dadakan sama koordinator liputan.", balasmu.
"Oke. Aku tunggu ya..." Padahal aku sudah beranjak dari tempat kita janjian ketemu. Akhirnya aku kembali lagi demi untuk bertemu kamu.
Hans Laksana, nama yang tak asing bagiku karena aku pernah melihat sosoknya di layar kaca, di salah satu stasiun televisi nasional. Perkenalan dengannya melalui media sosial dan pada akhirnya membawa pada pertemuan pertama ini masih tak ku sangka.
Pertemuan demi pertemuan membawa kedekatan kami dan semua mengalir dengan sendirinya. Sosokmu yang hangat, lucu, membuatku nyaman bersamamu. Bersamamu juga aku belajar bersabar karena, ada saja janjian-janjian kita yang mendadak harus dibatalkan, ditunda karena kamu ada meeting mendadak atau ada liputan mendadak dan aku harus memahami profesimu. Semua itu aku jalani dengan happy bersamanya.
Hampir 12 tahun lalu tapi, kenangan itu tak pernah lepas dari ingatanku. Kenangan walau hanya beberapa minggu terakhir bersamanya masih membekas dalam hati. Masih terasa manisnya...
Saat kamu memintaku mengantar kepergianmu ke Belanda waktu itu, adalah memori terindah. Bak adegan dalam layar kaca tapi, kali ini aku sendiri yang melakoninya. Berharap cemas menunggu kabarmu mendarat di Schiphol dengan selamat.
Walau saat ini semuanya kandas tapi, aku tetap terus membawa kenangan manis satu tahun bersamanya. Perbedaan yang ada antara kita sudah membawa kita pada jarak yang tak mungkin untuk direngkuh. Berakhir dengan jalan masing-masing. Menggapai asa dengan tangan terpisah. Belajar menyikapi indahnya perbedaan antara kita.
Terima kasih sudah membuka cakrawalaku.
Kopi susuku sudah dingin, sedingin pagi ini. Mengingatmu dan kenangan bersamamu membawa hangat di hati.