Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Udin sudah dua hari bersembunyi dari preman yang mengejarnya. Ia mengendap endap diantara deretan toko roti dengan wajah lemas dan ketakutan sambil tangan kanannya mencengkeram perut yang terus menggeram minta di isi. Tangan kirinya digunakan untuk memegang erat tangan kecil makhluk yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri. Mereka berdua bukan siapa siapa. Udin baru kenal adik kecil itu hampir tiga hari yang lalu. Udin bahkan tidak tahu namanya. Hal yang menyatukan mereka berdua adalah sama sama "dijual" oleh keluarga miskin mereka kepada preman untuk dijadikan kumpulan pengemis dikota. Adik kecil itu tuli dan bisu. Masih kecil dan punya berbagai keterbatasan membuatnya menjadi sasaran untuk diganggu. makanannya sudah dua kali direbut oleh anak anak yang lebih besar. Hal itu membuat Udin merasa iba. Ia ingin berbagi dengan adik kecil itu, sayangnya jatah makanan Udin juga dirampas dengan tidak adil oleh anak paling gendut dan beringas di kawanan itu. Udin tidak berdaya karena ia berbadan kecil dan masih berusia sepuluh tahun. Ia mencoba melapor pada kepala preman tetapi tidak diindahkan.
"Nanti saja kalau mau makan lagi, jatah makanan sudah dihitung pas untuk kalian semua, nanti cari uang yang banyak, biar kalian bisa makan enak," Kata kepala preman itu lalu pergi sambil membawa nasi padang ditangannya. Kepala preman itu merasa Udin belum menghasilkan uang. Jadi ia enggan menggelontorkan dana lebih. Apalagi Udin dan yang lain baru saja ia boyong dari kampung, hal itu tentu menguras biaya yang lumayan. Udin merasa kecewa dengan perlakuan seperti itu. Malam itu juga Udin memutuskan kabur. Tak lupa ia membawa adik kecil yang malang itu.