Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
EMPAT KATA
95
Suka
15,056
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Mau ngomong apa sih?”

Empat kata, meluncur santai dari mulutmu.

Tubuhku langsung dingin. Di perjalanan tadi, aku memang kehujanan. Tapi, kurasa bukan itu penyebabnya.

“Hmm, gini…,”Aku memulai. “Pertama, jangan marah ya kalo nggak suka sama apa yang gua omongin.”

Keningmu mengerut. Sorotmu penuh tanya.

“Kedua, kalo nggak mau, nggak apa. Anggap aja omongan ini nggak pernah ada.”

Mukaku mendadak panas. Sekarang atau tidak selamanya. Meskipun aku tahu setelah ini, rasa panas yang sudah sampai leher akan merembet sampai ujung kaki. Seperti satu kampung yang kebakaran karena satu pemicu absurd. KORSLET.

“Gua, suka sama lu.”

Empat kata dariku, meluncur gemetar lalu tersuruk mengenaskan.

Tawamu sontak meledak hingga tubuhmu menandak nandak. Tersedak sedak kau terbahak, persis orang kesurupan.

Aku tertunduk menyesal. Seharusnya, semua ini terjadi di malam minggu, di sebuah café mahal, dalam temaram cahaya lilin dan alunan musik jazz. Kau dengan gaun malam favoritmu dan aku dengan setelan jas terbaikku. Hanya kita berdua, dilatari gemerlap lampu kota.

Semua ini malah terjadi di malam jumat, dalam keramaian foodcourt mall yang disaput benderang fluorescent. Musik aneka genre bermain di latar, campur aduk dengan pengumuman anak hilang dan info midnight sale. Kau dalam balutan t-shirt belel favoritmu, sedangkan aku dalam setelan kantor yang kuyup diguyur hujan. Dan jelas kita tidak hanya berdua. Serombongan teman yang kau bawa, kini berkerumun berisik dua meja jauhnya, membahas bisnis berprospek yang sedang kalian rintis. 

“Ya, gimana ya,” Kau buka suara.

Aku membeku, menunggu vonis.

“Masalahnya, gua biasa aja.”

Empat kata darimu. Singkat, padat, menghantam.

Kobaran di sekujur tubuhku, langsung padam. Aku buang pandang. Satu menit penuh kita terdiam, salah tingkah.

“Yah," Aku memecah keheningan,"yang penting sekarang, gua udah tau jawabannya.”

Lagi-lagi, kau mengikik geli, entah apa yang lucu di sini.

“Kita,...masih temen kan?”tanyaku tanpa semangat.

“Ya, iya lah!” Kau tergelak.

Aku memaksa diri ikut tertawa, meski hatiku nelangsa.

Btw, pernah denger MLM?” Kau bertanya, mendadak sibuk merogoh tas. Sebuah komputer tablet keluar dari sana, disusul tak lama kemudian oleh slide presentasi digital yang mengalir lancar di layar. Berapi-api kau menjelaskan, sementara aku hanya setengah mendengarkan.  

"Gimana? Menarik kan bisnisnya?" Matamu berbinar.

"Ya, gimana ya," Bibirku melengkung.

Kau membeku, menunggu vonis.

"Kayaknya, biasa aja tuh."

Empat kata dariku. Singkat, padat, menghantam.

Binar di matamu langsung padam.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
sangat relate. aku percaya banyak yang ngalamin kejadian serupa di flash ini. Atau author nya ngalamin juga? 😁🙏
Asa
Cerpen yang sungguh singkat, padat dan menghantam!
@khmarpa2021 : 😂😂😂 makasih loh
Telak dan ber-sahaja! Dia pasti merah padam. 😆 so sweet, Brader
@dibatezal : Iya.haha 😂😂😂
@nokida : Halo kak! Makasih sdh mampir 🙏😁
Haha...empat kata yg menghujam
@evayunita : Terima kasih 🙏😁
selamat KK 😍
Rekomendasi dari Drama
Flash
EMPAT KATA
Januard Benedictus
Novel
Gold
KKPK Ibu Baru
Mizan Publishing
Novel
SUNDAL
Utep Sutiana
Flash
Bronze
Mimpi yang menjadi nyata.
Flora Darma Xu
Novel
The Diary of The Unlucky Boy : B-Side
Jaydee
Novel
Bronze
Angel's Diary
Angelina Beribe
Novel
Bronze
"Tuhan, Aku Capek..."
Diaksa Adhistra
Novel
Bronze
Two Promises
Meriam Ester Lita Dumais
Novel
Bronze
Dendam Tak Sudah
Arif Holy
Novel
Selalu Ada Cinta dalam Cerita
Barkah Azhari
Novel
Bronze
Balada Sepasang Kekasih Gila
Han Gagas
Novel
Bronze
Love Scalpel
Shigeyuki Zero
Novel
Bronze
Muara Rindu
Amaliaafaraa
Novel
Bronze
Pilihan Hati
Viola khasturi
Flash
Kembali
Selvi Diana Paramitha
Rekomendasi
Flash
EMPAT KATA
Januard Benedictus
Novel
UNIT 721
Januard Benedictus
Flash
SARAH
Januard Benedictus
Flash
CHEERS!
Januard Benedictus
Novel
Love in Paradise
Januard Benedictus