Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
Panti Asuhan
1
Suka
4,664
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Panti asuhan pelita kasih sudah berdiri sejak tujuh belas tahun yang lalu. Awalnya, Nyonya Leticia, kepala panti, tidak pernah berniat untuk mendirikan panti asuhan itu. Hanya saja, hatinya tergerak saat menemukan seorang bayi di kebun pisang miliknya. Bayi itu berkulit putih, matanya biru seperti orang bule. Saat itu, tidak ada yang bisa dilakukan Nyonya Leticia selain membawanya pulang.

Bayi malang itu dinamainya Luna, mirip nama seorang artis idola Nyonya Leticia. Apalagi artis itu juga seorang blasteran, jadi benar-benar pas. Leticia selalu mengira bahwa Luna adalah anak seorang pribumi yang hamil di luar nikah dengan seorang bule.

Sewaktu tetangganya mengeluhkan keponakannya yang yatim piatu, hati Nyonya Leticia tergerak untuk membuat sebuah panti asuhan. Awalnya, banyak donatur yang mengirimkan bantuan ke panti asuhan itu. Anak-anak panti pun ber tambah satu satu hingga kini berjumlah dua puluh orang. Luna menjadi anak panti terbesar yang ada.

Sejak pandemi, keadaan panti sangat mengenaskan. Gentong-gentong beras sering kosong, karena para dermawan yang biasanya membantu panti mengalami kebangkrutan. Nyonya Leticia bahkan harus mengemis-ngemis bantuan di berbagai tempat. Meskipun terkenal sangat cerewet dan galak, dia sangat tulus menyayangi anak-anak panti.

Sebagai anak panti tertua, Luna sangat menentang tindakan kepala panti yang dianggapnya merendahkan martabatnya. Dia tidak mau Nyonya Leticia merendahkan dirinya, mengemis kepada dermawan demi sesuap nasi. Maka diapun menjalankan idenya untuk membuat Nyonya Leticia diam di dalam panti.

Pagi itu, Nyonya Leticia hanya duduk dan berdiam diri di meja kerjanya. Tak terdengar lagi suara cerewetnya mengatur atau melarang ini itu kepada anak-anak panti. Luna yang dikenal cerdas di kalangan panti menjadikannya seperti itu. Dan Nyonya Leticia pun tak lagi mengemis-ngemis bantuan.

Saat sarapan tiba, anak-anak bergembira. Terlihat lauk daging di meja. Padahal biasanya mereka hanya makan nasi dengan garam atau tahu dan tempe.

"Apakah semua sudah lengkap?" tanya Luna sambil menatap adik-adik pantinya. "Sebaiknya kita berhitung. Satu ...."

"Dua."

"Tiga."

Mereka terus berhitung.

"Sembilan belas," seru seorang gadis kecil di hitungan terakhir. "Bukankah kemarin kita berdua puluh?"

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Misteri
Flash
Panti Asuhan
Nunik Farida
Novel
Memori Berdarah
Adnan Fadhil
Novel
Leyl the Writer
Ika Karisma
Novel
Bronze
Raungan Di Sebuah Villa
Mfathiar
Novel
MEMORIES
Meria Agustiana
Novel
Bronze
MYSOPHOBIA
Aldi A.
Novel
Gold
Dark Memories
Noura Publishing
Novel
Rahasia Wicara
Muhamad Ghani Dhafin Ramadhan
Novel
Sang Penjaga
Rizki Ramadhana
Novel
The Winter's Hunter
Wuri
Novel
Freak Out
Poetry Alexandria
Flash
Bronze
Berdebar
Noveria Retno Widyaningrum
Cerpen
Bronze
Saranggola
Chesar Kurniawan
Flash
THE DEATH
Donquixote
Novel
Apavarga
H.N.Minah
Rekomendasi
Flash
Panti Asuhan
Nunik Farida
Flash
Amnesia
Nunik Farida
Flash
Penari Topeng
Nunik Farida
Flash
Mendua
Nunik Farida
Flash
Truntum
Nunik Farida
Flash
G o n g
Nunik Farida
Flash
Bukan Anak Durhaka
Nunik Farida
Flash
Perguruan Silat
Nunik Farida
Flash
Reinkarnasi
Nunik Farida
Flash
Hutan Angker
Nunik Farida
Flash
Gurindam Terakhir
Nunik Farida
Flash
Lahar dan Kemarahan
Nunik Farida