Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
SHIKI -Anak Anjing yang Baik- part 2
2
Suka
10,835
Dibaca

Sempat kukira ia kesal. Sempat aku waswas, mengira aku melukai hatinya tanpa sengaja. Tapi tidak. Ia lantas tersenyum sambil berkata, “Terima kasih,” lalu meminta balik kertas-kertas di tanganku. Sesi review hari ini selesai lebih cepat dari biasanya, ditutup dengan gumaman kepayahan dirinya.

“Shiki, kau sudah menentukan penjurusan untuk kelas dua?” tanyanya, bersegera melempar topik bahasan baru. Mungkinkah ia berpikir kalau diam melipatgandakan suhu dingin udara?

Aku menggeleng untuk menjawabnya. Jujur, aku tidak terlalu memikirkan hal itu sementara ini. Sama seperti sekolah ini, aku tidak terlalu suka pelajaran sekarang. Andai ditanya mapel apa yang kusuka, aku tidak bisa menggonggong riang lagi seperti dulu, dan hanya diam di pojokan.

Akan tetapi, dari pertanyaan tadi, ada dua hal yang menarik perhatian. Yang pertama, aku bertanya balik pada tuanku, penjurusan apa yang hendak ia ambil nanti. Ia menjawab “IPS” dengan rada ragu. Tapi itu tetap jawaban yang valid buatku. Mungkin aku juga memilih IPS kalau ditanya betulan oleh sensei satu waktu nanti.

Yang kedua, aku bertanya soal nama panggilannya padaku. Aku bertanya, apakah ia suatu saat hendak mengganti nama panggilannya itu.

“Menurutku kita juga masih belum terlalu akrab, ‘kan? Mungkin aku tetap memanggilmu ‘Shiki’,” jawabnya, memberiku rasa tenang dan setitik senang.

Setiap anak anjing yang baik butuh nama panggilan, dan nama itu ditentukan oleh tuan yang memegang tali kekang. Aku senang karena ia memakai nama yang berbeda dengan dua pemegang tali kekangku sebelumnya. Aku berharap, ia nanti tak perlu menggantinya.

Lalu, seperti anak anjing yang baik lainnya, aku pun berpikir untuk meminta balasan setelah melaksanakan tugas. Satu hal yang dari jauh-jauh hari ingin kukatakan, tapi tidak berani karena alasan yang sama dengan sang tuan tadi.

“Hei, boleh aku memanggilmu ‘Saku’ mulai sekarang?” tanyaku, cemas-cemas malu.

“Boleh saja, sih. Tapi aku masih akan memanggilmu Shiki dulu,” balasnya santai.

Mungkin aku tidak mengibaskan ekorku riang. Mungkin juga ekspresi itu tidak tampak di muka yang sekarang kubuat supaya tetap tenang. Tapi, ya, aku senang. Senang karena mendapatkan izin dari tuan untuk melakukan sesuatu hal.

 Pemegang tali kekangku saat ini, Satou Sakunosuke, aku mendapat izin untuk menyingkat sedikit namamu. Karena, bagi anak anjing sepertiku, sesuatu yang sederhana lebih disuka. Saku. Ya, itu terdengar bagus.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
RUANG HAMPA
Fadly Achmad
Novel
Bronze
Bukan Cinta Picisan
Nur'afifah Hasbi Nasution
Novel
Bronze
Janji palsu ayah anakku
Suci maisarah
Novel
SUWUNG
cholifatul ridwan
Skrip Film
Dila dan Nostalgia
adrian hendrawijaya
Flash
SHIKI -Anak Anjing yang Baik- part 2
Kosong/Satu
Skrip Film
Halo Hala
Annisa Diandari Putri
Novel
Beda
Rolly Roudell
Novel
DANUM
Abroorza Ahmad Yusra
Novel
Kreator & Kacamata - The Anthology
Kosong/Satu
Skrip Film
Airmata di Sujud Terakhir
Dani Manesah
Novel
Wanita dalam Pasung
Rina Anggraeni Safia
Novel
Bronze
Dalam Kidung Zona Merah
ERZIN EL
Novel
Bronze
Mengikat Irama Jiwa
Rosidawati
Novel
Bronze
Solo Balapan
Herman Sim
Rekomendasi
Flash
SHIKI -Anak Anjing yang Baik- part 2
Kosong/Satu
Novel
Kreator & Kacamata - The Anthology
Kosong/Satu
Flash
SHIKI -Anak Anjing yang Baik- part 1
Kosong/Satu
Novel
Kreator & Kacamata - The Anthology 2
Kosong/Satu
Novel
Kreator & Kacamata - HAZAKURA
Kosong/Satu
Cerpen
Terlalu Bodoh Untuk Jadi Kenyataan
Kosong/Satu
Cerpen
Terlalu Bodoh Untuk Jadi Kenyataan
Kosong/Satu
Flash
SHIKI -Tanda Kepemilikan- pt.3
Kosong/Satu
Flash
SHIKI -Thanatos, Eros, dan yang Memainkan Mereka-
Kosong/Satu
Flash
Hari Ini Kalah Tanding
Kosong/Satu
Cerpen
Youth Stride
Kosong/Satu
Flash
Orang-Orang Mengerikan
Kosong/Satu
Flash
SHIKI -Tanda Kepemilikan- pt.1
Kosong/Satu
Flash
Habis Terbakar
Kosong/Satu
Cerpen
Terlalu Bodoh Untuk Jadi Kenyataan
Kosong/Satu