Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Dompet Kulit di Stasiun
3
Suka
8,890
Dibaca

"Lu mau, Ris? Ambil aja!" Pria bertubuh gempal menggeser gulungan uang kertas di samping cangkir kopi.

"Tumben, Bang. Lu gak doyan duit?" 

***

Dua jam lalu, seorang pria tua berhenti di belakang Beni si copet kelas kakap Stasiun Depok Baru. Meletakkan sebilah kayu yang bergelantung aneka jajanan ala moda transportasi darat seperti kacang balado, tahu kuning, arem-arem, telur puyuh dan buah kupas.

"Dompet jelek itu, nggak ada isinya, Pak!" Ujar Beni.

Seorang pedagang asongan tengah memungut dompet di pinggir trotoar, bekas mangsa Beni.

"Sebentar anak muda!" 

Beni membalikkan badan, menjauhkan ponsel dari telinganya. "Iya, Pak? Ada apa?"

Pria tua itu melerai tangan kiri Beni yang berkacak pinggang. Menyelipkan gulungan uang kertas merah.

"Terimalah! Uang ini tidak akan membuat perutmu atau perut keluargamu jadi sakit, tidak akan membuat hidupmu gelisah minimal dua hari ini."

Beni tercekat memandang uang pemberian Pak Jono. Dia tidak menyangka tangannya salah merogoh saku celana ketika beraksi tadi.

"Nak, dompet ini memang sudah jelek, tapi dia istimewa, ada ruang rahasia untuk menyimpan uang."

"Anak bungsuku yang membelikannya di Thailand, pakai gaji pertamanya sebagai TKW." Ujar lembut pedagang asongan lalu menyimpan dompet ke saku celana.

"Seriusan, Bang? Lu kelebihan omzet nyopet hari ini, nih?" Karis menyambar gulungan uang kertas.

"Serius lah. Besok lu juga boleh nyari mangsa di tempat gue" Laki-laki bertato di hadapan Beni tersedak kopi panas, ucapan itu sama halnya dengan pekerja kantoran yang mengajukan pensiun dini.

"Bang, lu mau kerja dimana? Apa ada yang mau nerima orang model kita jadi karyawan. Hampir semua orang tau, kita Mantan residivis, Bang!" 

"Gue bakal kerja apa aja, Ris. Yang penting rejeki itu nggak bikin perut gue, perut keluarga gue sakit, gue capek terus-terusan nyari duit kotor kaya gini. Gue pengen hidup tenang."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Flash
Dompet Kulit di Stasiun
Binar Bestari
Flash
GERAK DALAM KABUT
Syauqi Sumbawi
Flash
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
Syauqi Sumbawi
Novel
Bahasa Langit
Syafi'ul Mubarok
Novel
Bronze
Syariat Cinta
YF Rijal
Flash
Bronze
KEAJAIBAN BASMALAH
Aizawa
Cerpen
Doa yang Lupa Kupanjatkan
Penulis N
Flash
NING NONG NING GUNG
Syauqi Sumbawi
Flash
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
Syauqi Sumbawi
Novel
Seribu Langkah Menggapai Surga
Alin rizkiana
Flash
Kembalinya Theresia
Binar Bestari
Skrip Film
Melamar Mas Ammar (Script)
Sri Sulastri
Novel
Bronze
KISAH DARI TENGGARA
Ragiel JP
Flash
Bronze
Aku Dan Ramadhan
silvi budiyanti
Novel
Arisan Keluarga
Aruna Swardani
Rekomendasi
Flash
Dompet Kulit di Stasiun
Binar Bestari
Flash
Diculik Jodoh
Binar Bestari
Flash
Kembalinya Theresia
Binar Bestari
Flash
Rahasia
Binar Bestari
Flash
Legasi Emak
Binar Bestari
Flash
It's Oke
Binar Bestari
Flash
Ibu Setengah Hari
Binar Bestari
Flash
Broken Wedding
Binar Bestari
Flash
Perempuan: Joki Tong Setan
Binar Bestari
Novel
Kroco-Kroco Iblis
Binar Bestari
Flash
Bronze
Sketsa Wajah Halwa
Binar Bestari
Flash
Cahaya Di Atas Perahu
Binar Bestari
Flash
Kotak Hitam & Selembar Uang
Binar Bestari
Flash
Cinta dan Pelepah Kurma
Binar Bestari