Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Dompet Kulit di Stasiun
1
Suka
4,815
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Lu mau, Ris? Ambil aja!" Pria bertubuh gempal menggeser gulungan uang kertas di samping cangkir kopi.

"Tumben, Bang. Lu gak doyan duit?" 

***

Dua jam lalu, seorang pria tua berhenti di belakang Beni si copet kelas kakap Stasiun Depok Baru. Meletakkan sebilah kayu yang bergelantung aneka jajanan ala moda transportasi darat seperti kacang balado, tahu kuning, arem-arem, telur puyuh dan buah kupas.

"Dompet jelek itu, nggak ada isinya, Pak!" Ujar Beni.

Seorang pedagang asongan tengah memungut dompet di pinggir trotoar, bekas mangsa Beni.

"Sebentar anak muda!" 

Beni membalikkan badan, menjauhkan ponsel dari telinganya. "Iya, Pak? Ada apa?"

Pria tua itu melerai tangan kiri Beni yang berkacak pinggang. Menyelipkan gulungan uang kertas merah.

"Terimalah! Uang ini tidak akan membuat perutmu atau perut keluargamu jadi sakit, tidak akan membuat hidupmu gelisah minimal dua hari ini."

Beni tercekat memandang uang pemberian Pak Jono. Dia tidak menyangka tangannya salah merogoh saku celana ketika beraksi tadi.

"Nak, dompet ini memang sudah jelek, tapi dia istimewa, ada ruang rahasia untuk menyimpan uang."

"Anak bungsuku yang membelikannya di Thailand, pakai gaji pertamanya sebagai TKW." Ujar lembut pedagang asongan lalu menyimpan dompet ke saku celana.

"Seriusan, Bang? Lu kelebihan omzet nyopet hari ini, nih?" Karis menyambar gulungan uang kertas.

"Serius lah. Besok lu juga boleh nyari mangsa di tempat gue" Laki-laki bertato di hadapan Beni tersedak kopi panas, ucapan itu sama halnya dengan pekerja kantoran yang mengajukan pensiun dini.

"Bang, lu mau kerja dimana? Apa ada yang mau nerima orang model kita jadi karyawan. Hampir semua orang tau, kita Mantan residivis, Bang!" 

"Gue bakal kerja apa aja, Ris. Yang penting rejeki itu nggak bikin perut gue, perut keluarga gue sakit, gue capek terus-terusan nyari duit kotor kaya gini. Gue pengen hidup tenang."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Religi
Flash
Dompet Kulit di Stasiun
Binar Bestari
Novel
Bronze
Jilbab (Love) Story 2
Redy Kuswanto
Novel
Aku dan Syawal
Siti Sarah Madani
Novel
Bronze
Semiotika Cinta
N. HIDAYAH
Novel
Gold
Bisnis ala Nabi: Teladan Rasulullah Saw. dalam Berbisnis
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Wanita Pilihan
Julia Rosyad
Novel
Bronze
Philophobia
ani__sie
Novel
Bronze
A Miracle (Luka Hati Faris)
Zainur Rifky
Novel
Gadis Kolong Sampah
Kuni 'Umdatun Nasikah
Novel
SAYAP-SAYAP DOA
Fendi Hamid
Novel
Bronze
Al Kamayel
Yuanita Faridatun Ni'mah
Novel
Gold
Jejak-Jejak Islam
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Hidup Itu harus Pintar Ngegas Ngerem
Noura Publishing
Novel
Gold
Catatan Indah untuk Tuhan
Mizan Publishing
Novel
Two Different World
Zaafatm
Rekomendasi
Flash
Dompet Kulit di Stasiun
Binar Bestari
Flash
Bronze
Sketsa Wajah Halwa
Binar Bestari
Flash
Ibu Setengah Hari
Binar Bestari
Flash
Broken Wedding
Binar Bestari
Flash
Kembalinya Theresia
Binar Bestari
Flash
Perempuan: Joki Tong Setan
Binar Bestari
Flash
Diculik Jodoh
Binar Bestari
Novel
Kroco-Kroco Iblis
Binar Bestari