Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Semua berawal karena tergesa – gesa. Namaku Kirana. Di usiaku, sudah beranjak dunia percintaan. Meskipun demikian, menurutku bukan suatu prioritas dalam hidupku untuk mencari seseorang, mencintai seseorang, dan mendapatkan seseorang. Intinya aku masih bisa bahagia. Siang ini aku reunian di sebuah cafe dengan lima sahabat lama. Aku pergi bersama Bayu, teman dekat kuliah ku dengan mobil pribadinya. Ketika aku bergabung dengan teman – teman yang sudah duduk bersama pacarnya masing-masing. Aku dan Bayu menjadi sorotan.
“Hai guys.” Sapaku.
Hening.
“Ini pacar lu na? Namanya siapa?” Tanya Via.
“Bayu.” Balasku.
“Akhirnya Kirana sudah punya pacar. Wow! Sudah berapa lama kalian berdua jadian?” Tanya Enjel.
Bayu melirikku sebelum menjawab. “Baru, baru tiga bulan kami jadian.”
Dalam hati, aku tercengang Bayu membalas, tapi aku tetap tenang dengan tersenyum. Reuni kami berlanjut. Sampai akhirnya, hari sudah sore. Pertemuan ini bubar. Aku berpisah dengan teman – teman.
*****
Bayu mengantarkan ku pulang. Aku melepas seatbelt dan tersenyum senang. “Hari ini lu sudah bantu gue. Gue sangat berterima kasih lu mau menjadi pacar gue, pacar bohongan. Gue sangat tertolong. Kalo gitu. Gue balik dulu ya. Bye.”
Ketika aku mau membuka pintu mobil, bayu menahan tanganku. “Sorry na. Kenapa lu mesti berbohong pada teman - teman lu, sebenarnya kita ini hanya pura – pura?” Pertanyaan Bayu membuatku panik. “Walaupun gue baru kenal mereka, gue bisa membaca karakter orang. Lu kebingungan dan malu, terpaksa lu meminta supaya gue menjadi pacar bohongan lu. Apa dulu mereka sering mengejek lu?”
Aku menarik tanganku kembali dan menatap Bayu tajam. “Karena masa lalu, bukan malu! Kalau dari awal lu keberatan, lo bisa nolak gue kok. Apa susahnya."
"Kenapa masih berteman orang seperti mereka?”
Aku bersandar dan diam sejenak. “Gue yang dulu dan gue yang sekarang, berbeda Bay. Teman – teman gue good looking, sedangkan gue gendut dan cuma bisa menjadi penyemangan mereka di saat gue dibutuhkan doang." Aku melirik ke Bayu. "Lu pernah gak dimusuhi dengan seseorang tanpa sebab?” Bayu tidak bisa berkutip. “Itulah alasan gue tetap mau berteman dengan mereka, karena mereka tidak mengerti.. kalau pacaran atau mencintai seseorang! itu bukan mainan, dan bukan! yang harus diprioritaskan dalam hidup gue. Mereka hanya berpikir, kalau punya pacar itu bahagia dan bisa bersenang-senang, tapi mereka tidak sadar, kalau mereka sedang patah hati, mereka akan menangis dipelukan gue. Seperti apa pun mereka, mereka tetap! teman gue. Jadi, kebohongan gue, supaya reunian ini, gue bisa bersenang – senang. Itu doang.” Bayu hanya menatap mata ku. “Lu gak akan mengerti. Terima kasih atas tumpangannya.” Lebih baik aku keluar dari mobil.
“Na na na, kirana!”