Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Nafasku terdengar berat. Pandanganku yang gelap mulai menjadi jelas seiring dengan aku yang menyadari bahwa aku berlari diantara pohon tumbang yang berlumut dan kabut yang tebal.
Aku bisa merasakan kakiku yang mengijak air yang tergenang. Lalu tiba-tiba aku sudah berada di depan sebuah gedung besar dengan tukang kebun dengan baju yang sama sepertiku tengah merapikan rumput. Kabut itu datang lagi, menarikku kedalamnya dan membuatku tenggelam kedalamnya.
Memuntahkanku kedalam tubuh wanita mungil yang duduk didepan cermin menatap tepat ke mataku.
"Aku buta, tapi kau tidak. Jadi jangan biarkan orang-orang diduniamu tau kau tidak buta, apalagi kakimu, jangan biarkan orang tau kau bisa menggunakan kakimu." Aku bisa melihat diriku dengan jelas sekarang. Apa maksud kalimat yang keluar dari bibirku itu.
"Apa maksudmu?." Tanyaku menatap bayangan dicermin dengan bingung.
"Ini bukan mimpi, yang terjadi saat ini adalah dunia lain yang terjadi saat kau tidak sadarkan diri." Aku kenapa berbicara pada diriku sendiri seperti pada orang lain.
"Ini paralel lain. Semua yang terjadi dimimpimu kebalikan nyata dari kehidupan nyatamu." Suara pintu berdecit panjang. Seorang wanita berdiri memegang kenop dan menatapku lelah.
"Kau berbicara sendiri lagi?" Apa? Siapa dia?
Aku membuka mataku dengan nafas tersengal. Terduduk dan menekan tombol darurat dengan gelisah. Melihat pandanganku yang pudar mulai jelas. Bau ini, bau rumah sakit. Lagi.
Mereka berlari masuk dengan gelisah. Mengecek setiap inchi tubuhku dan anehnya aku benar-benar bisa merasakan kakiku.
"Anda baik-baik saja nyonya?." Hah, dia tukang kebun tadi. Dan dokter ini, ah, dia wanita yang membuka pintu tadi.
Yang benar saja.