Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di perkampungan kumuh daerah Jakarta satu keluarga menempati sebuah Gubuk yang kini sudah tidak layak di sebut rumah, Atap yang sering bocor jika hujan tiba, Jakarta yang sering di landa banjir membuat kehidupan mereka semakin rumit setiap tahunnya, sebut saja Pak. Hamad sang kepala kuarga.
Hari itu si bungsu Zaenal, tidak bisa di ajak untuk kompromi, Zaenal menagis sejak subuh. mungkin rasa lapar yang melilit di perutnya, karena mereka satu keluarga tidak makan selama tiga hari.
"Pak, aku ikut ya nyari makan sama bapak" ucap Ratna. si anak pertama.
" Gak usah biyar bapak aja yang cari makan, kamu bantu ibu saja di sini"
Ratna yang mendengarnya langsung lesu.
Hamad pergi dengan satu kantong karung putih yang warnanya sudah kecoklatan.
"Assalamu'alaikum" ucap Hamad. berlalu pergi.
Sebuah ide muncul di benak Ratna, matanya berbinar.
"Bu ratna pemisi dulu ya, mau ke komplek sebelah" ucap Ratna.
"Hati-hati ya, jangan jauh-jauh nanti bapkmu nyari" ucap Susi.
"Iya, dah"
Ratna dengan girangnya melangkahkan kaki yang nyaris tanpa Alas berlari di trotoar Jakarta, senyumanya yang mengembang memperlihatkan sebuah kebahagiaan yang terpancar.
Ia kini sudah sampai di depan sebuah rumah besar yang kemarin ia kunjungi.
"Permisi pak, anu mau ketemu sama Non Anisa"
"Oh, kamu yang kemarin datang kemari bukan?" tanya sang satpam.
"Iya pak"
"Sudah di tunggu sama si non di dalam"
Ratna langsung masuk rumah besar tersebut, karena ia merasa malu jika lewat depan maka ia lewat belakang, jalan yang kemarin ia lalui bersama dengan Anisa.
Anisa adalah orang yang menyelamatkanya, walaupun baru bertemu sekali tapi mereka sudah seperti saudara, Anisa menyelamatkanya dari kecelakaan tabrak lari tempo hari, untunglah hanya terdapat luka ringan.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam, masuk Rat"
Anisa mengajaknya untuk belajar bahasa Inggris, Ratna sangat menyukai sastra, ia harus memutuskan sekolahnya karena memang tidak ada biyaya, dan menurutnya Anisa sangat baik padanya karena mau mengajarkanya.
Pertemanan mereka sangatlah erat, Jika Anisa ingin jalan-jalan ia sering mengajak Ratna untuk menemani sampai sebuah peristiwa yang harus meregut nyawa Anisa.
Ia di temukan sudah tidak bernyawa di sebuah Hotel, dan ketika ia selidiki siapa pelaku tersebut, pelakunya adalah mantan Anisa semasa SMP yang terlalu terobsesi oleh kecantikannya, Ia memperkosa Anisa dan membuatnya meninggal dengan tragis.
Kejadian itu membekas sekali di hati Ratna, sampai akhirnya ia ingin membalaskan denndamnya pada lelaki yang sudah membuat temannya tewas dengan tidak layak, tapi ia berfikir itu tidak rasional jika ia membalas dengan hal yang sama maka ia sama bajinganya dengan lelaki yang membunuh temannya itu.
Sepuluh tahun berlalu Ratna kini sudah menjadi ketua dari HAM internasional, sering kali ia membasah tentang hukum di sebuah negara yang kurang mendukung dalam membela korban seks, hinga akhirnya ia membuat sebuh hukum tenatang seks yang kini sudah di sahkan oleh seluruh negara "jika pelaku pelecehan tidak bisa di hentikan, maka ia pantas untuk di bunuh"
Dan kini balas dendamnya sudah terbayarkan dengan tegaknya hukum itu, ia tidak ingin ada wanita yang senasib dengan temanya Anisa.
'Selamat jalan, semoga kamu bisa tenang temanku'