Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Penggali Kubur
14
Suka
8,138
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Di pengujung malam, remang-remang cakrawala mengais asa. Aku merenung di pengujung larut ketika gelap mengapit takzim, ingin meluruhkan dosanya. Rumput-rumput di mata tak lagi menghijau. Segalanya memucat dan terasa sia-sia. Langit yang dijunjung, dan gunung yang ingin didaki hanya tergambar dalam etalase. Sekarang pikiranku menerawang, bagaimana jikalau nisanku tanpa nama. Gaun kebesaranku hanya bersematkan kain putih nan panjang, dan sekilas bintang tak menggantungkan cahaya baikal meski telah malam. Lututku bergetar Saat kusadar, aku tak cukup memiliki bekal untuk berpalung di dalam tanah. Belum lama rasanya aku menggelar sajadah, memunajat ampun atas segala dosa di masa muda. Suara azan subuh telah berkumandang, sebelum jingganya mentari menerangi bumi. Aku bergegas beranjak dari gubuk nelangsaku menuju sebuah masjid yang tidak jauh dari tempat tinggalku. Masjid dengan warna cat daun yang diapit pemetang sawah itu, terlihat sama. Pintunya terbuka lebar menyambut setiap langkah untuk bersimpuh dihadapan Tuhannya. Kini nanar mataku terhenti pada dua lelaki bersorban di depan masjid dengan seorang lelaki berpenampilan rapi. Mereka beragumen diantara lantunan pengujung Azan. Aku yang berdiri ringkih hendak memasuki masjid, menghentikan langkahku sejenak. Aku berjalan dengan kaki rentaku menuju mereka. Terlihat lelaki berpakaian rapi, wajahnya begitu masam. Beberapa guratan di dahi muncul mengiringi nada suaranya yang tinggi. Salah satu lelaki bersorban pun tak kalah garangnya. Ia bersuara atas segala pendapatnya. Tiada yang menengahi argumen panjang tentang pro dan kontra Ibadah di masa pandemi yang akan berujung adu jontos itu.

Aku memilih untuk meninggalkan mereka, karena tanpa mereka sadari. Mereka sama saja, sibuk menarik lembaran buta pada sebuah masalah hingga mereka tidak menyadari mentari telah memerah dan fajar hendak muncul mencapai asanya. Apa gunanya sibuk mendebat, menjatuhkan satu sama lain. Ingin terlihat hebat atau paling taat. 

"Hemparkan sajalah sajadahmu, Nak! Mentari telah naik!"

"Jangalah tunggu senja dulu, baru bersujud dihadapan-Nya!"

Selesai menjalankan sholat subuh. Langkah kaki rentaku mulai merakit asa berjalan menuju pusara dengan sebuah cangkul, aku mulai mencari sesuap nasi dengan menggali liang lahat. Aku bertasbih di dalam hati setiap detik cangkul yang kuhempaskan pada tanah merah itu. Sungguh terasa perih hati ini melihat begitu banyak mayat yang akan dikubur hari ini. Mereka adalah pasien Covid 19 yang gugur melawan ganasnya virus corona. Pergi meninggalkan anak, istri, dan keluarga sendirian. Setengah usiaku telah aku habiskan menjadi penggali kubur, tetapi kali inilah aku temui begitu banyak mayat yang harus dikuburkan. Tubuh rentaku tak sebugar dulu, napasku terdengar begitu pendek setiap mengangkat cangkul. Kupandangi mentari yang tanpa pamrih bersinar di atas kepalaku.Tiba-tiba pudar nyalang mataku. Segalanya terlihat gelap, detak jantungku berdebar lebih cepat. Udara yang masuk kehidung terasa terhenti dikerongkongan. Aku tidak bisa bernapas. Rasa dingin menjalar dari ujung kaki hingga ke kepala, tetapi keringat terus menetes membasahi tubuhku. Mungkin kali ini, aku menggali kuburan untuk diriku sendiri.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Bahasanya thor tinggi amat,,kagak ngerti mah ini anak SMA
Makasi Kakak-kakak semua udah pada mampir🥰
Menggali kuburan untuk diri sendiri..😢😭
Setiap orang sejatinya sedang menunggu gilirannya
Profesi yg sering terlupakan
Seketika abis baca langsung diem kepikiran merenung 😭
Sama² 🙏
Makasi banyak sarannya Kak.
Kirain tokohnya cewek karena ada kata gaun, penggali kubur pasti laki², kan? Mungkin lebih tepat gaun kebesaran diganti dengan baju atau pakaian. 🙏
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Tentang Kita Hari Ini
Laberta Nauli
Novel
Bronze
Ineffable
Arsyika awalina
Novel
Gold
KKPK Magic and Friendship
Mizan Publishing
Flash
Penggali Kubur
Writer In Box
Novel
Bronze
Metamorph
Agnesya Febriana
Novel
Reinan
3.R².L.A²
Novel
Bronze
You Are Too LATE
Lisnawati
Novel
Bronze
Hari Raia
Dinda Anggita Putri
Novel
Bronze
Denaya : Tahanan Masa Lalu
Dhebby Soru
Novel
STORY OF FRIENDSHIP
Rahmanur Mumpuni
Novel
HAIPUR
Ida Ahdiah
Novel
Bronze
Dear School 98
Devichy
Flash
Bronze
Bye-Bye Suami Miskinku
silvi budiyanti
Flash
Parang
Lady Mia Hasneni
Novel
Gold
Ice Cream for Share
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Penggali Kubur
Writer In Box
Flash
Jamila Tetanggaku 1
Writer In Box
Skrip Film
Jobless (Script Flm)
Writer In Box
Novel
Ditikung Ijab Kabul
Writer In Box
Skrip Film
Hiraeth (Inner Child)
Writer In Box
Skrip Film
Mukena Kecil Script Flm
Writer In Box