Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Distance
0
Suka
3,797
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Sepasang kaki melangkah hingga bergema di lorong sekolah yang sudah sepi tidak terawat. Pemiliknya memakai syal hitam tebal yang menutupi wajah serta mulutnya. Angin kencang yang menerpa tubuhnya menghentikannya sejenak. Matanya terpejam sambil mengingat pembicaraannya dengan juniornya.

---

"Kak Wataru, apa kakak yakin akan tetap pergi?"

Pertanyaan Maika nyaris membuat tekad Wataru redup, tapi ia mampu meyakinkan diri kembali setelah menghirup napas dalam-dalam. Lalu ia berbalik menghadap Maika yang bola matanya tampak berkilauan di bawah cahaya lampu.

"Maika, apa kau bisa menjaga rahasia?"

Maika tampak bingung sekilas, sebelum pupilnya melebar. Ia langsung berlari tepat ke depan Wataru.

"Kak Wataru akan bertarung dengan kak Akemi kan'?"

Wataru tersenyum sedih. Ia mengagumi kepekaan juniornya ini.

"Kalau iya kenapa?"

"Tidak boleh!"

Seru Maika dengan segenap tenaga hingga tubuhnya bergetar. Air mata yang tadinya terbendung pun bocor membanjiri pipinya.

"Sayang sekali aku tidak bisa menerima permintaanmu itu. Akhirnya identitas pembantai yang kita cari sudah ditemukan. Dengan ini, kita bisa membalaskan dendam ayahmu."

"Bukan itu yang ayah inginkan! Apa kau sudah lupa?"

Wataru tidak mungkin lupa pesan terakhir guru sekaligus penyelamatnya. Jangan pernah gunakan kesempatan keduanya untuk balas dendam.

"Maika, tolong simpan ini."

Wataru merogoh sakunya dan memberikan cincin perak kepada Maika. Maika terbelalak melihatnya dan mencoba menghentikannya, tetapi Wataru sudah keluar.

"Kak Wataru tunggu!"

Maika mencoba mengejar Wataru meskipun ia tahu percuma saja. Tanpa cincin itu, 'limiter' dari Wataru sudah dilepas. Namun itu juga berarti dia siap untuk mati jika gagal.

"Kenapa jadi begini?"

Lutut Maika lemas hingga ia tersungkur ke lantai dan menangis. Pandangannya tidak lepas dari cincin perak itu.

"Aku benci kamu ... aku benci kamu ... AKEMI MARUFUJI!"

Teriaknya dalam kesendirian yang mungkin harus ia mulai biasakan.

---

"Wataru."

Lamunan Wataru terpotong dan di hadapannya telah berdiri orang yang dicarinya.

"Akemi."

Akemi menekan jepit rambut kupu-kupunya dan dari punggungnya keluar sayap kupu-kupu berkilau merah. Tangannya pun memasang kuda-kuda untuk menarik pedang.

"Jadi begini ya akhirnya."

Wataru memutar gelang berwarna hijau di pergelangan tangan kirinya hingga ia mengerang sedikit.

"Memaksakan diri seperti biasanya, tipikal."

"Aku tidak datang kemari untuk menerima komentarmu. Aku akan menghentikan kebrutalanmu."

"Banyak orang bicara begitu, tetapi darah mereka yang berakhir melumuri pedangku ini."

Akemi tersenyum menceritakanku perbuatannya. Wataru mengepal dengan kuat hingga otot lengannya menegang.

"Biarpun kita dulu adalah teman dekat, kejahatan dan kebajikan tidak bisa bersama."

"Begitu ya? Kau dan paham kebajikanmu bisa pergi saja ke alam baka. Bersama gurumu."

Dalam satu tarikan napas, Akemi menerjang dan mencabut pedangnya dengan mengincar kepala Wataru. Wataru memanfaatkan reaksi supernya untuk menahannya, meskipun tangannya terluka karenanya.

"Ah, kau melepaskan 'limitermu'. Ini menarik."

"Ini adalah bukti keteguhanku untuk mengalahkanmu."

Akemi tersenyum mendengarnya. Mulutnya membisikkan mantra dan sayap kupu-kupu di punggungnya berpindah menyelimuti pedangnya.

"Kalau memang itu yang kau mau, akan kuladeni keberanianmu dengan permainan pedang terindah. Yang lebih hebat dari kakak kelas kita dulu."

Wataru melompat mundur dengan cepat dan memasang kuda-kuda. Akemi pun demikian. Dengan seruan dari dalam jiwa, keduanya bertarung hingga titik darah penghabisan. Hingga jarak mereka melampaui langit dan bumi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Luka Tak Berdarah
Lathifah Nur
Flash
Distance
M. Luthfiadi Setiapratama
Novel
Gold
Super Bunda
Mizan Publishing
Novel
Kala Cinta Bukan Berwarna Merah
ab
Novel
Kita dalam Kehidupan Bumi & Bulan
Sayidina Ali
Novel
Bronze
Sepatu untuk Jenderal
Ariyanto
Skrip Film
BATAS WAKTU
Ragiel JP
Novel
Bronze
The Gapyear
Maria Kristi Widhi Handayani
Novel
Nona Aneh dan Tuan Menyebalkan
el tsuki
Novel
My Old Story
arina winter
Cerpen
Bronze
Kenapa Mang Enjang Tak Suka Khutbah Bertema Politik
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Hari Raia
Dinda Anggita Putri
Novel
The Scar
Arianti Pratiwi Mustar
Novel
Bronze
Sebatas Selat Sunda
intan elsa lantika
Novel
Bronze
Memilih Senyap
Yuditeha
Rekomendasi
Flash
Distance
M. Luthfiadi Setiapratama