Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pada zaman yang suram, di mana menyongsong masa depan hanya membawa keterpurukan, hidup seorang pria yang tidak suka menjalani pekerjaannya.
Siapa nama pria itu? Tidaklah penting.
Apa yang ia lakukan setiap hari adalah sama, membersihkan sampah dan najis yang disebabkan oleh orang lain yang tidak tahu makna dari kebersihan.
Pria itu berusia diawal tiga puluh tahunan. Berambut tipis lurus yang terpotong pendek tanpa pernah disisir. Wajahnya yang keras sudah penuh dengan kerutan yang membuatnya terlihat jauh lebih tua dari usia sebenarnya. Matanya yang sayu tidak lagi menampakkan semangat hidup.
Namun, ia tidak selalu seperti itu. Saat masih muda, kala harapan dan cita-cita masih membentang di depan mata, ia adalah pemuda optimis yang penuh semangat.
Tapi itu dulu.
Sekarang tidak ada lagi yang tersisa.
Kegagalan demi kegagalan telah membunuh jiwanya dengan perlahan. Sekarang dia telah menjadi cangkang kosong. Jiwanya telah mati dan tidak lagi bisa diselamatkan. Namun pria itu tidak perduli lagi. Ia hanya akan menjalani hidupnya yang membosankan hingga maut menjemputnya.
Setidaknya sampai ia bertemu dengan gadis itu. Ya, seorang gadis cantik belia di akhir usia belasan tahun telah menarik minatnya. Bukan karena ia memiliki perasaan khusus terhadapnya. Bahkan harapan akan gadis itu menjadi bagian hidupnya sama sekali tidak terpikirkan. Pria itu tertarik padanya, karena hal itu mengingatkan pada masa lalunya yang telah terkubur.
Gadis itu masih bersinar, penuh harapan dan optimis pada masa depan. Dengan kata lain, gadis itu berbeda dengan dirinya.
Tidak ada yang baik padanya selain dia. Kebaikannya begitu menyakitkan, karena sudah lama si pria tidak diperlakukan sebaik itu.
Wajahnya yang cantik, sosoknya yang menarik, suara dan ucapannya yang lembut, terlalu berlebihan bagi hatinya yang lama membeku.
Si pria pun tidak tahan lagi.
Ekspresinya mengeras. Jeritannya yang nyaring dan keras menggetarkan dada si gadis hingga membuatnya ketakutan.
"Apa salahku?" Ratap si gadis.
Ia menatap si pria dengan nanar sebelum gelap sama sekali.
Si pria melepaskan jemarinya dari leher jenjang yang berkulit halus itu. Setelah mengatur napasnya, dia menghapus peluh dari dahinya yang lebar.
Diambilnya sebatang rokok, menyalakannya dan dihisapnya dalam-dalam.
"Lega rasanya," gumamnya puas.