Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Semua orang menginginkan kasih sayang yang utuh. Tak mau dibagi. Apa pun dalihnya!
Gilang dan Ratna adalah pasangan yang harmonis dan bahagia. Hidup serba berkecukupan. Bahkan boleh dibilang lebih. Bagaimana tidak, rumah mereka besar dan mewah. Terletak di salah satu perumahan elit kota Jakarta.
Memiliki dua orang asisten rumah tangga, yaitu Bi Ijah dan Bi Enjum. Juga satu orang supir pribadi, namanya Parjo. Tak ada yang kurang bukan?
Kebahagiaan mereka semakin bertambah sejak Ratna melahirkan putra keduanya, Galih. Setelah tujuh tahun menunggu kehadirannya.
Tak heran, Gilang dan Ratna begitu sayang pada Galih. Hampir semua perhatian tercurah padanya. Hal ini membuat Bagas, anak pertama mereka cemburu. Bagas merasa sudah tidak disayang lagi. Tak ada lagi kecup lembut di keningnya saat menjelang tidur. Omelan pun nyaris saban hari ia terima. Dari kesalahan kecil sekali pun.
Malam ini, Bagas tak lekas tidur. Matanya memandang langit-langit kamarnya yang luas. Sesekali memiringkan tubuhnya. Lalu terlentang lagi. Pikirannya tak karuan. Ia benci. Benci dengan kehadiran Galih, adiknya. Karena kehadirannya, ia seperti kehilangan kasih sayang dari ayah dan ibunya.
Dipandangnya sebungkus racun tikus yang sedari tadi ia genggam. Lalu, perlahan ia bangkit dari tempat tidur. Berjalan mengendap, menuju sebuah kamar. Dibukanya pintu kamar itu dengan sangat perlahan. Nampak ibu dan adiknya sedang tertidur pulas. Sedangkan ayahnya masih di luar kota, menghadiri pembukaan perusahaan barunya.
Tiba di tepi ranjang, Bagas mengeluarkan bungkusan kecil dari saku bajunya. Lalu, perlahan isi bungkusan itu dioleskan di kedua puting susu ibunya.
Setelah selesai malaksanakan niatnya, Bagas kembali ke kamarnya. Suasana begitu hening dan dingin malam itu.
Menjelang pagi, "Nyonyaaa ... tolooong!!!" Bi Ijah tergopoh lari menuju kamar Ratna.
"Ada apa, Bi?" tanya Ratna, kaget dan heran.
"A ... anu, Nyah. Parjo...!"
"Ada apa dengan Parjo?!" Ratna semakin heran.
"Dia tergeletak di depan pintu kamarnya, dan mulutnya berbusa, Nyah!"
Ratna sangat terkejut, tak bisa berkata-kata. Tubuhnya mematung di depan pintu kamar.
TAMAT