Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tempat mana pun itu angker. Apalagi kalau dirimu adalah orang yang bisa melihat mereka, sepertiku. Mungkin bagi kebanyakan orang, hantu, roh, atau lelembut lainnya terkesan menakutkan. Namun tidak bagiku. Setelah lebih dari 12 tahun hidup, kehadiran makhluk halus macam itu lambat lain terasa biasa. Mereka tak ubahnya dengan manusia, hidup—kalau bisa dibilang demikian—dan berjalan menyusuri dunia.
Salah satu tempat yang paling disenangi para lelembut adalah sekolah. Di tempat itu selain terbentang jalan ke masa depan, terendap juga berbagai macam perasaan, baik yang positif maupun negatif. Kebanyakan lelembut tertarik dengan emosi yang dipancarkan muda-mudi macam itu.
Ya. Hantu memang menakutkan. Saat SD aku hampir jadi futoukou (menolak pergi ke sekolah) gara-gara mereka. Namun, akhirnya semua jadi biasa saja. Para lelembut pun, kalau tidak kita hiraukan juga tidak akan melakukan apa-apa. Kebanyakan dari mereka, tidak semenakutkan yang kita kira. Malahan, pada situasi tertentu, mereka tidak ada apa-apa.
Saat SMA, aku mendapat ilmu baru. Bahwa manusia dan lelembut bisa bertukar posisi juga. Jelas, SMA-ku dipenuhi makhluk halus, seperti tempat lainnya. Tapi aku terperangah di satu hari, mendapati pemandangan yang begitu jarang. Ada seorang siswa seangkatanku yang ditakuti oleh mereka. Aku melihat siswa itu berjalan di lorong dengan seorang temannya, dan para lelembut yang berkeliaran tanpa alasan mulai menjauh perlahan-lahan darinya. Penasaran, aku pun mengamatinya beberapa hari, dan hal yang sama selalu terjadi. Dia benar-benar dijauhi oleh mereka. Tapi, siswa itu belum semua dari kejanggalan di SMA-ku ini.
Ada juga seorang siswi, seangkatan denganku lagi. Dia punya perawakan dan rupa yang menawan. Tipe-tipe yang mudah menarik perhatian. Tak cuma manusia, tapi juga mereka. Itu wajar, sih. Bangsa lelembut pun juga bisa jatuh hati pada manusia. Aku pernah melihat seorang pria diikuti roh perempuan yang—kelihatannya—jatuh cinta padanya. Akan tetapi, hal yang sama tidak berlaku pada siswi ini.
Pada satu sore, tak sengaja aku melihatnya di tempat loker sepatu. Entah kenapa membatu, dan tepat di atas kepalanya, bertengger di atas loker, ada sesosok makhluk hitam bersayap mirip tengu. Aku terkejut karena merasa makhluk tersebut terasa begitu mengintimidasi. Hanya saja, keberadaan itu tidak sebanding dengan pemandangan yang kulihat berikutnya.
Siswi itu mendongakkan kepala, menyeringai, lantas menjulurkan tangan ke kaki makhluk di atasnya. Walau wajah makhluk itu tidak terlalu jelas, begitu pasti rasanya kalau dia terkejut juga. Hendak dia pergi, tapi terlanjur sang siswi menggigit kakinya. Apa yang terjadi kemudian begitu cepat. Makhluk itu bagai dihisap oleh mulut sang siswi. Habis tak bersisa. Aura intimidasi yang kurasakan tadi pun hilang seketika. Aku masih tak percaya. Siswi itu memakannya! Bulat-bulat menelannya!
Selepas itu, ia membetulkan posisi kacamata di wajahnya. Melirik padaku, yang mana membuatku gugup dan pergi tanpa mengucap sepatah kata. Sejak saat itu, aku berniat sebisa mungkin menjauh darinya.
Dijauhi makhluk halus sudah jadi pertanda kalau dirimu punya sesuatu. Entah itu perlindungan atau semacam ilmu. Namun, memakan, menghisap mereka, itu adalah hal yang berbeda. Parah lagi, kalau orang yang semacam itu ada bersama. Aku baru-baru ini tahu, kalau siswa dan siswi yang kuceritakan tadi itu punya kedekatan. Kedekatan, yang menurutku, tidak boleh ada. Sungguh, mereka itu, orang-orang mengerikan.