Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sejak kepergian Ibu, Bapak tidak pernah memainkan gamelannya lagi. Kehidupannya seolah berhenti meski beliau masih bernapas.
Yang kudengar dari para tetangga, Ibu mempunyai lelaki lain, juragan tanah di desa kami. Mungkinkah ibu lari dengannya? Mungkinkah Ibu tersiksa hidup bersama pembuat sekaligus penabuh gong yang miskin seperti Bapak?
Sering kulihat Bapak bersedih saat melihat gamelannya, terutama gong. Bapak bisa tersedu-sedu saat memandang gamelan berukuran paling besar itu. Karena itu suatu hari aku menyingkirkan gamelan itu agar Bapak tidak menangis lagi. Namun Bapak tampak murka saat mengetahuinya.
“Kamu membuang gong itu?”
Aku mengangguk.
“Kamu telah membuang ibumu!”