Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Salima dan Salman sudah bersahabat sejak SMP. Mereka terlihat semakin akrab ketika dipertemukan kembali di SMA yang sama dan masuk ke kelas yang sama, yaitu kelas X-A. Hobi Salima yang tomboy, persis sama dengan sahabatnya, yaitu bermain bola basket. Hal inilah yang membuat mereka betah berlama-lama menghabiskan waktu di lapangan dan selalu nyambung bila membahas tentang NBA.
Salima dan Salman selalu berbagi cerita satu sama lain. Suka maupun duka, tak ada yang ditutupi seperti saudara kandung saja. Beberapa teman bahkan menjuluki keduanya dengan sebutan Rahul dan Anjali, sebab kedekatan mereka memang terlihat seperti dua sahabat dalam film Bollywood Kuch-Kuch Hota Hai. Hanya saja, bedanya kalau Rahul dan Anjali kerap bertengkar, Salman dan Salima malah sangat akur, tak pernah sekali pun mereka terlihat adu mulut.
Bahkan, beberapa teman lainnya menduga kalau di antara mereka telah tumbuh benih-benih cinta. Namun, keduanya selalu membantah dan menegaskan bahwa perasaan yang mereka miliki satu sama lain, murni dan tulus sebatas sahabat saja.
Suatu hari, di kelas X-A ada murid baru bernama Saliha, pindahan dari Jakarta. Parasnya yang cantik menarik perhatian murid-murid cowok. Mereka terlihat mulai melakukan pendekatan.
"Man, elo nggak tertarik ngejar murid baru itu?"
"Nggak, lah. Gue lebih tertarik sama basket dari pada cewek."
"Ya elah, masa elo mau nikah sama bola bundar oranye itu?"
"Ya, nggak gitu juga, kali. Gue belum mau aja mikirin cewek. Horor rasanya, bila hidup kita diatur orang lain yang menyebut dirinya sebagai pacar."
Salima hanya manggut-manggut. Perkataan Salman barusan ada benarnya.
***
Suatu hari, ketika Salman dan Salima tengah makan di kantin sekolah pada jam istirahat, tiba-tiba saja Salman menyodorkan sebuah amplop berwarna merah jambu.
"Sal, elo baca deh."
Salima merasa terkejut, hingga tak mampu berkata-kata. Baru kali ini dia melihat Salman tersipu. Semburat merah jambu menghiasi pipi cowok itu. Apa jangan-jangan sahabatnya ini sedang jatuh cinta?
Salima perlahan-lahan membuka amplop yang kini telah berpindah ke tangannya.
Dear, Sal ....
Seketika saja, dadanya berdebar membaca kalimat demi kalimat yang tertulis dalam surat itu. Salima menatap lekat wajah Salman dan masih belum percaya, cowok yang telah dikenalnya sebagai sahabat dan terkesan cuek itu, ternyata selama ini memendam rasa padanya.
Degup jantung Salima kian kencang ketika matanya tertumbuk pada sebuah kalimat pernyataan cinta yang begitu to the point.
Sal, aku menyukaimu.
Hening sejenak. Salima masih mencoba mencerna hal yang datang begitu tiba-tiba ini sekaligus memikirkan sebuah jawaban.
Yes, I will, begitulah kira-kira yang akan ia utarakan. Salima manggut-manggut seraya tersenyum malu-malu.
"Menurut elo gimana? Apa yang kurang dari suratnya? Masih kurang romantis, nggak?"
"Ba, bagus, kok."
"Syukur, deh. Kalau menurut elo bagus, gue bakal kasihkan surat ini ke Saliha."
Oh, no! Pandangan Salima seketika saja mengabur.
Ada luka menganga yang terasa sangat perih. Namun, tak berdarah setetes pun. Gadis itu mencoba tegar, meski pun sesungguhnya sangat ingin melayangkan bogem mentah ke wajah tampan Salman.