Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
Kama
15
Suka
8,375
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Setahuku, mentari akan bersinar saat pagi datang dan gelap menerkam sesaat malam menjelang. Jika datang bukan pada saatnya, berarti mereka sedang mengeluh kesakitan.

Ada yang lebih menakutkan daripada hantu bagiku. Dia yang bisa merobohkan pijakan dan merenggut kehidupan. Hantu tak nampak, tetapi makhluk itu ada dan menggelayuti. Aku lebih takut akan hal itu.

Prakkk

Aku melihat matanya dengan perasaan mencekam. Sedetik, nyaliku langsung ciut dan tanganku berusaha menggapai meja. Malam pun telah kabur karena ketakutan. Perdebatan sengit telah terjadi untuk kesekian kalinya. Dia mendatangiku selangkah percis seperti sedang ada dalam ring tinju. Datang dengan gagah berani akan menghancurkan lawan, hatiku bergetar.

Entah, mungkin ke 1001 kalinya aku sudah berdebat dengannya. Rasanya berbicara dengannya selalu berakhir dengan pertengkaraan saja. Aku diam pikiranku pun buyar. Aku melayang-layang, berterbangan seperti anai-anai. Mataku berputar ke seluruh sudut dan rasanya mual. Badanku sudah menjerit kesakitan, leher tercekik diantara tangan besar yang kuat menerkam. Dia sudah seperti iblis bagiku.

Pernikahan baru hitungan bulan tak bisa menentukan kebahagiaan, tengah malam aku kemasi barang. Setelah perdebatan sengit menghabiskan emosi, aku tergopoh-gopoh melepaskan jeratan lelaki kurang waras yang sebetulnya berpendidikan.

“Kau, perempuan bodoh, mau kemana?”

Aku menatapnya sinis tak menjawab. Ia lantas bangkit dari pembaringan, menarik lenganku.

“Kalau kau pergi, kita akan bercerai.” Ancamnya kepadaku.

Aku terus melangkah. “ Ratih...” Bayu berteriak kencang.

Sekali lagi, tak aku hiraukan. Dalam hati aku menyetujuinya.

Aku berlari berpacu dengan waktu, menerobos perkebunan pohon karet dalam kegelapan malam. Mirip seperti hantu kuntilanak yang sedang berterbangan senang berkeliaran. Rasa takut pada lelaki tidak berkeprimanusiaan telah memberikanku nyali besar walau aku tinggal di pedesaan terpencil di daerah Kalimantan. Dia yang paling aku takuti, bukan hantu.

2 Tahun Berlalu

Hentakkan dari rel kereta mendecit. Aku menunggu kereta jurusan Jogjakarta tiba.

Tiba-tiba kami saling menatap, mencoba menyisihkan kebencian. Adakalanya, memaafkan menjadi pilihan yang paling tepat. Bukan karena masih mencintai, tetapi menghargai diri sendiri. Bukan untuk kembali, mendidik seseorang dengan kehilangan, dengan begitu kenangan menjadi hal yang paling berarti untuk dirinya.

Bayu masih terdiam. Sesaat, aku melihat raut wajahnya. Manusia berpacu dengan waktu, menentukan pilihan dan mencoba berbahagia. Karena terkadang bukan waktu yang akan menyembuhkan luka, namun waktu yang akan menggantinya. Kami berpapasan setelah banyak yang terlewati. Bayu berlari mengejarku.

“Kamu, kamu Ratih kan?” Dia memegang tanganku mencoba menghentikan langkah.

Aku melihat sorotan matanya.

“2 tahun kita gak ketemu, kamu makin cantik. Sekarang kamu mau kemana?”

“Jogja.” Melepas genggamannya.

“Kenapa kita gak mulai semuanya dari awal lagi. Semua orang berubah kan?” ajaknya bersemangat.

Aku melangkah pergi meninggalkannya, sendirian.

Selesai

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@alwindara : makasi kak
@koji18 : Terima Kasih kak komentarnya
@evayunita : Makasi :)
bagus kak, nyeri bacanya di awal hehe
Kirain endingnya balikan. Terkecoh. Mantap!
Diksi yang bagus
Keren!!
Tema yang bagus...
Setuju. Manusia seringkali lebih menakutkan drpd hantu.
Rekomendasi dari Misteri
Flash
Kama
Khairunnisa
Novel
Bronze
Raungan Di Sebuah Villa
Mfathiar
Novel
TEGURAN MISTERIUS
Virgorini Dwi Fatayati
Flash
Parakang 01
Justang Zealotous
Cerpen
PENGAKUANKU
Arthur William R
Flash
Pesan
Ujang Nurjaman
Novel
JALAINI: Sumur-Sumur Mutilasi Berantai
Ikhsannu Hakim
Flash
Bronze
Kak Isah dan Ilmu Penunduk
ANINZIAH
Cerpen
Noken Mama di Wamena
Angga Wiwaha
Flash
SMS
Veramuna Risqyana
Flash
Tamu dari Venus
Handi Yawan
Novel
Bronze
Sate Gosong
Ariny Nurul haq
Cerpen
Sumur Tua di Kampung Kami
Sofa Nurul
Flash
ROH
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
Pesan Arwah Tragedi '98
Dian anlis
Rekomendasi
Flash
Kama
Khairunnisa
Flash
Catatan Pembunuh
Khairunnisa
Flash
Mangue-ku Mangrove
Khairunnisa
Flash
Penulis yang Patah Hati
Khairunnisa
Novel
Kinandita
Khairunnisa
Flash
Lina Groningen
Khairunnisa
Flash
Dalam Bayang Bulan
Khairunnisa
Flash
Hasna Jasmine
Khairunnisa
Flash
Dosa dari Surga
Khairunnisa
Novel
Nadir
Khairunnisa
Novel
My Andrean
Khairunnisa
Novel
Manggala
Khairunnisa