Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kayu-kayu reyot. Dinding-dinding berlubang. Angin bertiup pelan melewati celahnya. Hawa dingin seperti terus mencekik.
Namun hanya terdengar desah napasnya sendiri. Awalnya seperti putus asa. Terengah. Makin lama makin lemah. Seolah daya hidupnya menguap seiring desah napas.
Lalu suara teriakan membuatnya tercekat. Gadis itu menahan napas. Membekap mulutnya sendiri.
Badan mungilnya bergetar hebat ketika mendengar langkah kaki mendekat. Matanya dipejamkan rapat-rapat.
Lenyap sudah sosok nekat dan sok berani. Sekarang dirinya benar-benar selayaknya gadis kecil tak berdaya dan ketakutan. Membutuhkan sang kakak.
Air matanya mulai menetes. Mengalir tersendat ke tangannya yang membekap wajah.
Kemudian langkah kaki itu menjauh dan samar-samar menghilang.
Bunyi-bunyian di sekelilingnya juga menghilang. Bahkan angin yang tadi bertiup pun berhenti bergerak. Seolah ikut menahan napas. Tanpa sadar dirinya mengintip melalui celah. Memasang telinga tajam-tajam.
Menit demi menit berlalu tanpa kejadian apa-apa.
Sosok nekat dan sok berani kembali muncul ke dalam diri gadis kecil itu. Dirinya sudah bertekad. Dia harus menemukan pintu keluar secepatnya.
Lalu gadis kecil itu merangkak perlahan. Keluar dari persembunyiannya. Angin kembali menghambur. Mendirikan bulu roma. Ikut bergerak bersamanya.
Gadis kecil itu berdiri di depan persembunyiannya.
Namun tak juga bergerak mencari pintu keluar. Pemandangan di hadapannya membuatnya membeku.
Seperti sedang mimpi buruk, dia tak bisa melepaskan pandangan. Lehernya terasa lumpuh. Wajahnya sepucat mayat. Napasnya tertahan ketika mendengar suara merdu di depannya.
"Ibu mencarimu dari tadi, kakakmu bersama ibu."
Gadis kecil itu ingin menjerit. Sayang tenggorokannya tercekat. Merasakan seolah kepalanya terlepas dari badannya. Seperti kepala kakaknya yang bergantungan di tangan kanan ibunya.